Selasa, 14 Oktober 2008

beternak bebek

Usaha peternakan itik di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya

maka perlu diperhatikan bebrapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak itik, antara lain :

1. Seleksi Bibit
Bibit itik di Indonesia dibagi dalam dua kelomok yaitu :

a. Itik Lokal

1. Itik Tegal (Tegal).
Ciri-ciri : warna bulu putih polos sampai coklat hitam, warna paruh dan kaki kuning atau hitam.

2. Itik Mojosari (Mojosari Jawa Timur).
Ciri-ciri : warna bulu coklat muda sampai coklat tua, warna paruh hitam dan kaki berwarna hitam.

3. Itik Alabio (Amuntai Kalimantan Selatan).
Ciri-ciri : badan lebih besar dibandingkan dengan itik Tegal.

4. Itik Asahan dikembangkan di Tanjung Balai, Sumatera Utara.

b. Itik Persilangan

2. Pakan

a. Jenis Pakan : jagung, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa dll.

b. Pemberian Pakan :
- Umur 1 - 2 minggu 60 gr/ekor/hari.
- Umur 3 - 4 minggu 80 gr/ekor/hari.
- Umur 5 - 9 minggu 100 gr/ekor/hari.
- Umur 10 minggu 150-180gr/ekor/hari.

3. Perkandangan

a. Lokasi Kandang
- Jauh dari keramaian.
- Ada atau dekat dengan sumber air.
- Tidak terlalu dekat dengan rumah.
- Mudah dalam pengawasan.

b. Bahan kandang bisa terbuat dari kerangka
kayu atau bambu, atap genteng dan
lantainya pasir atau kapur.

c. Daya tampung untuk 100 ekor itik :
- Umur 1 hari - 2 minggu 1 -2 m.
- Umur 1 - 2 minggu 2 - 4 m.
- Umur 2 - 4 minggu 4 - 6 m.
- Umur 4 - 6 minggu 6 - 8 m.
- Umur 6 - 8 minggu 8 - 10 m.
Itik dara sampai umur 6 bulan 5 - 10 ekor/m.

4. Tatalaksana Pemeliharaan
a. Secara ekstensif yaitu pemeliharaan yang berpindah-pindah.
b. Secara intensif yaitu secara terusmenerus dikandangkan seperti ayam ras.
c. Secara semi intensif yaitu dipelihara di kandang yanga ada halaman berpagar. Perbandungan jantan dan betina (sex ratio) adalah 1 : 10 dan dipilih ternak itik yang berproduksi tinggi.

5. Kesehatan

a. Penyakit Berak Kapur.
Penyebab : Bakteri Salmonella Pullorum.
Tanda-tanda : Berak putih, lengket seperti pasta.
Pencegahan: Kebersihan kandang, makanan,minuman, vaksinasi, dan itik yang sakit dipisahkan.

b. Penyakit Cacing.
Penyebab : Berbagai jenis cacing.
Tanda-tanda :Nafsu makan kurang, kadang-kadang mencret, bulu kusam, kurus, dan produksi telur menurun.
Pencegahan :Kandang harus bersih, kering tidak lembab, makanan dan minuman harus bersih dan sanitasi kandang.

c. Lumpuh.
Penyebab : Kekurangan vitamin B.
Tanda-tanda :Kaki bengkak dibagian persendian, jalan pincang dan lumpuh, kelihatan ngantuk, kadang-kadang keluar
air mata berlebihan.
Pencegahan : Pemberian sayuran / hijauan dalam bentuk segar setiap hari.

6. Pasca Panen
a.Telur itik dapat diolah menjadi telur asin,telur pindang, dll.
b.Bebek dapat diolah menjadi bebek panggang dll
c. Bulu dapat diolah menjadi kerajinan tangan
d. Tinja/kotoran itik dapat menjadi pupuk.

AYAM PETELUR

1. SEJARAH SINGKAT

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar.


Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.

Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan ayam negeri galur murni). Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak dimakan. Namun, pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri/ayam ras ini ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya.

Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis masa produktifnya. Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga
menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam broiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur dwiguna/ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dan daging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung. Sementara itu telur ayam ras cokelat mulai diatas angin, sedangkan telur ayam kampung mulai terpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional saja. Persaingan inilah menandakan maraknya peternakan ayam petelur.

Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial-unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa baiknya. Sehingga ayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras. Hanya kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar di Asia dan Afrika.

2. SENTRA PETERNAKAN

Ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan ayam petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok Indonesia terutama ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta sebagian Eropa.

3. J E N I S

Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:

1) Tipe Ayam Petelur Ringan.
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.

2) Tipe Ayam Petelur Medium.
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.

4. MANFAAT

Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelah dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.

2) Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.

3) Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1. Kandang
Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang.Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.

Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua: a) Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam petelur; b) Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalam peternakan ayam petelur komersial.

Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu: 1) kandang dengan lantai liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisi kulit padi, pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya diterapkan pada kandang sistem koloni; 2) kandang dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan; 3) kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri).
2. Peralatan

a. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.

b. Tempat bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubah yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.

c. Tempat bertengger
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.

d. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus

1.

6.2. Peyiapan Bibit
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain:
a) Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
b) Pertumbuhan dan perkembangan normal.
c) Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.

Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /ayam umur sehari:
a) Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d) Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f) Tidak ada letakan tinja diduburnya.

1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut:

a. Konversi Ransum.
Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu
banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit
ayamnya.

b. Produksi Telur.
Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan.

c. Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan.
Apabila kedua hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit itu. Contoh prestasi beberapa jenis bibit ayam petelur dapat dilihat pada data di bawah ini.

- Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 270, ransum 1,82 kg/dosin telur.

- Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.

- Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 288, ransum 1,89 gram/dosin telur.

- H & W nick: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 272, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.

- Hubbarb leghorn: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)260, ransum 1,8-1,86 kg/dosin telur.

- Ross white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 275, ransum 1,9 kg/dosin telur.

- Shaver S 288: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)280, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.

- Babcock B 380: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.

- Hisex brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house)272, ransum 1,98 kg/dosin telur.

- Hubbarb golden cornet: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.

- Ross Brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 270, ransum 2,0 kg/dosin telur.

- Shaver star cross 579: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 265, ransum 2,0-2,08 kg/dosin telur.

- Warren sex sal link: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 280, ransum 2,04 kg/dosin telur.

2.

6.3. Pemeliharaan

1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup.
2. Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).

a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:

- Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.

- Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.

b. Kwalitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:

- Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.

- Kwantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor; minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.

1. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:

a. Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor; minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.
Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.

b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.

1.
2. Pemberian Vaksinasi dan Obat
Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menulardengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.

Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.

Macam-macam vaksin:
a) Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kuryna
b) Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)
c) Vaksin NCD HB-1/Pestos.
d) Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.
e) Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek.

Persyaratan dalam vaksinasi adalah:
a) Ayam yang divaksinasi harus sehat.
b) Dosis dan kemasan vaksin harus tepat.
c) Sterilisasi alat-alat.

6. Pemeliharaan Kandang
Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit

1. Berak putih (pullorum)
Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi.
Penyebab: Salmonella pullorum.
Pengendalian: diobati dengan antibiotika

2. Foel typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa.
Penyebab: Salmonella gallinarum.
Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan.
Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.

3. Parathyphoid
Menyerang ayam dibawah umur satu bulan.
Penyebab: bakteri dari genus Salmonella.
Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.

4. Kolera
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati.
Penyebab: pasteurella multocida.
Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar.
Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).

5. Pilek ayam (Coryza)
Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.
Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus.
Gejala: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek.
Pengendalian: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.

6. CRD
CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak ayam dan ayam remaja. Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin).

7. Infeksi synovitis
Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun.
Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma.
Pengendalian: dengan antibiotika.

7.2. Penyakit karena Virus

1. Newcastle disease (ND)
ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan.Tungau (kutuan) Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease.

2. Infeksi bronchitis
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi.

3. Infeksi laryngotracheitis
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas.
Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol.
Pengendalian: (1) belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini; (2) pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.

4. Cacar ayam (Fowl pox)
Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar.
Penyebab: virus Borreliota avium. Pengendalian: dengan vaksinasi.

5. Marek
Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50%. Pengendalian: dengan vaksinasi.

6. Gumboro
Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.

7.3. Penyakit karena Jamur dan Toksin
Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah :

1. Muntah darah hitam (Gizzerosin)
Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. Penyebab: adalah racun dalam
tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini. Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang menguraikan asam amino hingg menjadi racun.
Pengendalian: belum ada.

2. Racun dari bungkil kacang
Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam rancung tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi.

7.4. Penyakit karena Parasit

1. Cacing
Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif.

2. Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.

7.5. Penyakit karena Protoza
Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air.

8. P A N E N

8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan oelh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi tlur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.

8.2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.

8.3. Pengumpulan
Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampan telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.

8.4. Pembersihan
Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih. Biasanya pembersihan dilakukan untuk telur tetas.

9. PASCA PANEN



10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya ayam petelur buras (150 ekor) tahun 1998 di Bintaro, Jakarta.

1) Biaya produksi

a. Modal tetap (investasi)
- Kandang dan atap
- Induk 150 ekor @ Rp. 17.500,-
Jumlah biaya modal tetap
Rp. 225.000,-
Rp. 2.626.000,-
Rp. 2.850.000,-

b. Modal kerja/variabel
- Pakan 90 gr x 150 x Rp. 1.210,-/kg x 30
- Penyusutan kandang (4tahun)
- Penyusutan induk (umur produktif 2 tahun)
- Obat-obatan
- Resiko kematian 3% per tahun
Rp. 490.000,-
Rp. 4.700,-
Rp. 109.375,-
Rp. 1.000,-
Rp. 6.565,-

Jumlah biaya modal kerja Rp. 611.640,-

Jumlah biaya prasarana produksi Rp. 611.640,-

2) Pendapatan

a. Telur 60 x Rp. 650,- x 30 Rp. 1.170.000,-

b. Ayam afkir 141 ekor x Rp. 10.000,- Rp. 58.750,-

Jumlah pendapatan Rp. 1.228.750,-

3) Keuntungan

a. Rp. 1228.750,- – Rp. 611.640,- = Rp. 617.110,-

4) Parameter kelayakan usaha

a. B/C ratio = 2,0

Keterangan :
- Perhitungan biaya dan pendapatan dilakukan dalam 1 bulan
- Harga-harga diperhitungkan pada bulan November 1998
- Diperlukan luas tanah 40 m2

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Dewasa ini kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat sejalan dengan peningkatan pola hidup manusia dalam meningkatkan kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari telur. Selain itu juga adanya program pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak. Kebutuhan akan telur yang terus meningkat tidak diimbangi dengan produksi telur yang besar sehingga terjadilah kekurangan persediaan telur yang mengakibatkan harga telur mahal.

Dengan melihat kondisi tersebut budidaya ayam petelur dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan bila di kelola secara intensif dan terpadu.

sumber: http://tmtnews.wordpress.com

BETERNAK AYAM ORGANIK

Mengatasi krisis moneter saat ini, dimana nilai pendapatan dari
gaji bulanan yang tidak lagi memenuhi kebutuhan sehari-hari
dikarenakan harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi, banyak
orang membuat kegiatan sebagai usaha sampingan dalam menambah
penghasilan.

Beberapa usaha yang dilakukan mulai dari bertani,
beternak, dan bahkan usaha bisnis lain.
Untuk usaha keluarga dalam beternak, banyak orang memilih ayam sebagai
usahanya, karena sistem beternak ayam lebih sederhana dan mudah tanpa
menguras waktu dan tenaga yang banyak baik dalam pemeliharaan dan
pemberian pakan.
Syarat pokok dalam mengusahakan ternak ayam :
1. Penguasaan ilmu.
•Breeding, menyangkut pemilihan dan penggunaan bibit unggul
ditingkat final stock serta strain tertentu.
•Feeding, menyangkut penyediaan dan pemberian ransum.
•Management, menyangkut tata laksana perkandangan, perawatan,
pamasaran dll.
•Disease management, menyangkut sanitasi, vaksinasi, dll.
2. Kepemilikan jiwa peternak.
•Ketekunan, menumbuhkan rasa cinta kasih besar terhadap ternak.
•Disiplin, menumbuhkan tanggungjawab terhadap hidup matinya ayam.
•Tidak mudah putus asa, kesabaran dalam menanggulangi kesulitan
ekonomis maupun teknis.
Produksi ternak dipengaruhi oleh dua faktor :
1. Faktor genetis. Ini menyangkut keturunan yang akan mempengaruhi
selanjutnya terhadap tinggi rendahnya produksi.
2. Faktor luar. Adapun faktor luar yang mempengaruhi antara lain : tata
laksana, perkandangan, makanan, lingkungan, dan penyakit.
Ada dua (2) jenis ayam yang biasa diternakkan selain ayam kampung :
1. Ayam pedaging (Broiler).
2. Ayam petelur (layer).
Pemeliharaan ayam :
1. Fase awal
Brooder yang baik
Alat-alat pemanas yang stabil
Konstruksi indukan yang baik

Konstruksi Brooder yang baik :
Lantai mudah dibersihkan.
Tinggi tempat makan dan minum 2,5 cm diatas punggung ayam.
Ukuran tempat makan, panjang 1,5 cm (ayam umur 1-2 minggu) dan 5
cm (ayam umur 2-8 minggu), lebar 8 cm, dalam 6 cm.
Ukuran tempat minum, separoh dari tempat makan.
Ukuran brooder, 15-20 ekor/m2 (umur 1 hari-8 minggu), 10-15 ekor/m2
(umur 8-22 minggu), 4-6 ekor/m2 (umur lebih dari 22 minggu).
2. Fase pertumbuhan
Populasi hunian 5-10 ekor/m2 .
Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari.
Kadar protein pada ransum 14-16%.
3. Fase Bertelur
Untuk ayam petelur, pada umur 5,5-6 bulan ayam sudah bertelur.
Makanan, protein disarankan kira-kira 17 %.
Pada wal bertelur supaya diberi feed suplement atau extra vitamin.
Kandang dengan popoulasi 4-5 ekor/m2, tebal lantai 25-30 cm,
sarang perteluran 35 x 35 x 40 cm/5 ekor.
Produktifitas telur, perlu pengaturan kadar protein dalam ransum,
pemberantasan cacing dan kutu ayam secra regular, penyediaan air minum
yang bersih dan memadai.
Syarat kandang ayam yang bagus :
a. Mempunyai ventilasi udara.
b. Terkena sinar matahari.
c. Lantai terbuat dari tanah, semen, dengan dialasi dengan serbuk
gergaji atau sekam padi.
d. Mempunyai tempat makanan dan minuman.
e. Mempunyai tempat bertengger.
Makanan, Fungsi :
Memenuhi kebutuhan hidup.
Membentuk sel dan jaringan hidup.
Menggantikan sel yang rusak.
Bahan untuk berproduksi.
Yang mutlak diperhatikan terutama zat-zat makanan :
1. Karbohidrat, sebagai sumber energi untuk mobilitas tubuh ayam, dan
resistensi terhadap pengaruh lingkungan. Sumber : jagung dan beras.
2. Lemak, sebagai sumber energi dan alat transportasi buat vitamin A,
D, E, dan K. Sumber : Kacang tanah, dedak halus, kedelai, bungkil
kelapa, tepung ikan, tepung daging, dsb.
3. Protein, untuk pertumbuhan tulang, urat, daging, kulit, bulu, dan
menggantikan jaringan-jaringan tubuh yang rusak. Sumber : tepung

daging, tepung darah, tepung ikan, susu, bekicot, siput, cacing dll
(hewani); kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kacang
panjang, bungkil kelapa dll (nabati).
4. Mineral, untuk alat berproduksi, seperti : kalsium (pembentukan
tulang dan kulit telur), natrium (darah), HCl (getah lambung), Fe
(butir darah merah), yodium (kelenjar gondok) dll. Sumber : tepung
tulang, tepung kerang, kapur dsb.
5. Vitamin, mempertahankan kesehatan tubuh dan kemampuan berproduksi.
Sumber : minyak ikan, susu, hati (vitamin A); jagung, katul, kacangkacangan
(vitamin B1); jagung, beras, daunan hijau (vitamin B2);
padi-padian, ikan ragi, hijauan (vitamin B6), kotoran lembu/kerbau
(vitamin B12), minyak ikan, susu, kacang-kacangan (vitamin D);
touge, hijauan, padi-padian (vitamin E), dll.
Air, fungsinya :
Membantu proses pencernaan.
Membawa zat makanan ke seluruh tubuh.
Mengatur suhu tubuh dan metabolisme.
Pembuangan sisa makanan.
Lebih dari 60 % tubuh ayam terdiri dari kandungan air. Ayam selalu
minum setiap 15-20 menit.
Energy Tambahan
1. Antibiotic, fungsi untuk menstimulir pertumbuhan, mencegah penyakit,
dan efisiensi setiap perubahan ransum. Sumber : penicillin,
terramycin, exythromycin, dll.
2. Feed Suplement, fungsi untuk mencegah penularan penyakit,
mempercepat pertumbuhan, meningkatkan produksi, dll. Sumber : Premix
B, Premix A, TM 10, Egg Formula, Rovimix AD3, Mineral, dll.
3. Concentrate, campuran bahan makanan yang dilengkapi dengan :
protein, carbohydrat, lemak, dan zat kasar lainnya. Concentrate
complit terdiri dari protein, mineral, dan vitamin.
4. Hijauan, fungsi untuk menambah nafsu makan dan tambahan vitamin.
Sumber : daun-daunan berwarna hijau yang segar.
Pakan ayam pedaging (broiler)
Bahan-bahan :
Konsentrat 20 %.
Dedak 35 %.
Jagung giling 25 %.
Bungkil Kelapa 20 %.
Pakan ayam petelur (layer)
Bahan-bahan :
Konsentrat 25 %.
Dedak 35 %.
Jagung giling 40 %.
Mineral 0,1 %.

Cara Berternak Sapi SAPI POTONG bagian I

Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan akan daging yang terus meningkat pula. Sehubungan dengan hal tersebut, ternak sapi khususnya sapi potong merupakn salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat.

Sebab sektor atau kelompopk ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.

Sapi sebgai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang dirubah menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging. Daging untuk pemenuhan gizi mulai meningkat dengan adanya istilah ”Balita” dan terangkatnya peranan gizi terhadap kualitas generasi penerus.

Jadi untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dari daging ini kita khhususnya peternak perlu meningkatkan [roduksi daging. Perkembangan usaha penggemukan sapi didorong oleh permintaan daging yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun.



II. MEMILIH JENIS SAPI

Sapi-sapi lokal yang terdapat di Propinsi Banten kesemuanya dapat digunakan untuk usaha penggemukan. Akan tetapi tidaklah semua jenis sapi itu mempunyai prospek yang sama untuk digemukkan. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menentukan jenis sapi yang lebih prospektif untuk digemukkan.

Indikator-indikator tersebut adalah :

v Jumlah populasi

v Jumlah pertambahan populasi setiap tahun

v Penyebaran

v Produksi karkas dan

v Efisiensi penggunaan pakan

Jenis-jenis sapi potong yang biasa dipelihara adalah : sapi Bali, sapi Madura, sapi Ongole, sapi Peranakan ongole, sapi Charolois, sapi Hereford, sapi Brangus dan lain-lain.
dipelihara masyarakat



III. PEMELIHARAAN DAN UKURAN KANDANG

Dibandingkan dengan kandang sapi milik petani di Eropa, maka kandang sapi petani-petani di Propinsi Banten walaupun hanya terdiri dari tiang bambu, atap rumbia dan lantai yang dipadatkan, tetapi cukup baik. Ini disebabkan karena petani di Propinsi Banten hanya memilik sapi antara 3-4 ekor, dimana sapi-sapi tersebut hanya pada malam hari saja dipelihara dalam kandang, sedang pada siang hari ternak diikat di halaman rumah karena tidak dikerjakan atau digembalakan.

Setiap pagi bilamana sapi sudah dikeluarkan, maka kotoran dalam kandang dibersihkan bersama-sama sisa makanan diangkut dan dimasukkan ke dalam lubang yang telah disediakan, untuk kemudian dijadikan pupuk, sedang bekas-bekas urine disiram dengan abu dari api unggun. Tentang tempat makanan untuk ternak petani di Propinsi Banten tidak membutuhkan perlengkapan, oleh karena makanan yang diberikan adalah rumput, daun-daunan dan jerami, tidak pernah dan jarang sekali diberikan makanan konsetrat, kecuali sapi-sapi yang digemukkan. Makanan cukup diletakkan di tanah, bila perlu dibatasi dengan palang-palang dari bambu atau kayu.



Kandang untuk sapi potong hendaknya dibuat dari bahan-bahan yang murah tapi kuat, keadaannya harus terang dan pertukaran udara bebas. Atap dari genting/rumbia/ilalang. Lantai sebaiknya disemen atau sekurang-kurangnya tanah dipadatkan.



IV. MAKANAN

Sapi-sapi petani di Propinsi Banten diberi makan rumput, daun-daunan atau jerami. Umumnnya secara kualitas maupun kuantitas makanan sapi-sapi itu cukup baik. Ini dapat dilihat dari keadaan sapi-sapinya yang cukup segar, gemuk dan kesehatan baik.

Bila dipandang perli petani di Propinsi Banten menyediakan makanan untuk musim kemarau. Biasanya petani menyimpan jerami, penyimpanan makanan ini tidak perlu banyak karena ternak yang dipelihara hanya sebanyak 3-4 ekor.

Pakan untuk sapi potong dapat dikelompokkan menjadi :

a. Hijauan

Hijauan yang berkualitas baik (rumput unggul atau campuran rumput dengan hijauan kacang-kacangan) umumnya sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertunbuhan dan reproduksi yang normal sehingga pada pemeliharaan sapi dianjurkan lebih banyak menggunakan hijauan (85-100%), apabila hijauan banyak tersedia, pemberian konsentrat hanya dianjurkan untuk keadaan tertentu saja seperti saat sulit hijauan (di musim kemarau) atau untuk penggemukkan.

Contoh hijauan unggul :

v Rumput setaria

v Rumput gajah (Pennisetum purpureum)

v Rumput raja (Kinggrass)

v Rumput benggala (Panicum maximum)

v Rumput bede (Brachiaria decumbens)

v Lamtorogun(Leucaena leucocepala)

v Turi (Sesbania grandiflora)

v Gamal (Gliricidia maculata)

v Kaliandra

Contoh hijauan limbah pertanian :

v Jerami kacang panjang

v Jerami kedelai

v Jerami padi

v Jerami jagung

b. Konsentrat

Contoh konsentrat :

v Dedak padi

v Onggok (ampas singkong)

v Ampas tahu

v Dan lain-lain



c. Makanan tambahan

Contoh : vitamin, mineral dan urea

Secara umum makanan untuk seekor sapi setiap hari sebagai berikut :

- Hijauan :35-47 kg atau bervariasi menurut berat dan besar badan

- Konsentrat : 2-5 kg

- Makanan tambahan : 30-50 gram



V. KESEHATAN

Salah satu unsur perawatan yang juga tidak boleh diabaikan adalaj penjagaan kesehatan termasuk pula pencegahan masuknya penyakit ke peternakan.

Berbagai jenis penyakit pada sapi yang sering berjangkit baik yang menular ataupun yang tidak menular. Penyakit menular yang terjangkit pada umumnya menimbulkan kerugian besar bagi peternak dari tahun ke tahun ribuan ternak sapi menjadi korban penyakit radang limpa (Anthrax), ribuan ternak sapi lainnya kemudian terkena serangan penyakit mulut dan kuku, serta penyakit surra.

Beberapa jenis penyakit yang sering terjadi pada sapi potong adalah :

a. Anthrax (radang limpa)

b. Penyakit mulut dan kuku

c. Penyakit surra

d. Penyakit radang paha

e. Penyakit Bruccellosis (keguguran menular)

f. Kuku busuk (foot ror)

g. Cacing hati

h. Cacing perut

i. Dan lain-lain



VI. PERKEMBANGBIAKAN

Pada usaha ternak sapi potong yang sistem produksinya untuk menghasilkan anak-anak sapi yang hampir sama umurnya dalam jumlah yang besar untuk dijual sebagai anak sapi (Feeder Cattle), maka perkawinannya dilakukan secara musiman

Sapi potong mulai dewasa kelamin yaitu apabila mulai timbul oestrus (tanda-tanda birahi, bronst). Pada umur 8-12 bulan, tergantung pada bangsa-bangsa, makanan, dan lingkungannya.

Cara perkawinan pada sapi potong dapat dilakukan dengan pengaturan dan pengawasan sepenuhnya ooleh manusia yang disebut cara ”Hand Mating” yaitu pemeliharaan jantan dan betina dipisah dan bila ada betina yang bronst, diambilkan pejantanya agar mengawininya atau dilakukan perkawinan buatan atau dengan cara perkawinan bebas di padang rumput. Dimana sapi-sapi jantan dan betina yang sudah dewasa pada musim perkawinan dilepas bersama-sama, bila ada sapi-sapi betina yang bronst tanpa campur tangan si pemilik akan terjadi perkawinan.

Cara perkawinan inilah yang lazim dilakukan pada usaha sapi potong dimana perkawinan biasabya dilakukan secara musiman.



VII. PENGOLAHAN HASIL

Beragamnya jenis produk olahan ternak dengan nilai tambah yang tinggi memberikan kesempatan kepada masyarakat di Propinsi Banten untuk memilih berbagai alternatif. Jenis olahan dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan minat masyarakat. Dibandingkan dengan produk olahan memiliki daya tahan yang lebih lama sehingga dapat mengurangi resiko akibat perubahan harga. Selain itu, dalam upaya turut menjaga kelestarian lingkungan, pengolahan produk sampingan seperti kulit, tulang dan darah dapat mengurangi resiko pencemaran lingkungan.

Penanganan yang cermat dan teliti sangat diperlukan dalam proses produksi untuk menghasilkan pruduk olahan sesuia dengan standar yang sngat erat kaitannya dengan mutu dan kesehatan produk yang dihasilkan. Hal ini menjadi kendala utama dalam memperkenalkan teknologi pengolahandi wilayah pedesaan, karena pengembangan agribisnin dan agroindustri peternakan dan hasil ikutannya belum berkembang dengan optimal di Propinsi Banten.

Hasil dari olahan ternak sapi potong diantaranya adalah :

a. daging bisa diolah sebagi dendeng, daging asap, sosis, bakso,abon, corned.

b. kulit bisa diolah sebagi bahan untuk pembuatan tas, sepatu, ikat pinggang.



VIII. PEMASARAN

Didalam pemasaran hasil sebaiknya dikoordinasikan oleh kelompok tani atau ternak KUD. Agar biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak karena bisa ditanggung bersama-sama.

Pemasaran hasil sapi potong selain dipasarkan sebagai sapi potong berupa produk daging, juga sering dijual dalam keadaan hidup dan sebaiknya memilih standar harga per kilogram berat hidup.

Hasil panen ternak sapi potong dapat berupa daging dan kulit serta hasil sampingnya berupa pupuk tau gas bio.

TERNAK SAPI BAGIAN KE II


BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG
( Bos sp. )

1. SEJARAH SINGKAT Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang
dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak
Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong
pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah
seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.

2. SENTRA PETERNAKAN Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan
sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.
Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia. Sapi Simental banyak
terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di
Amerika.

3. J E N I S Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah
sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu,
masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk
luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).

Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole,
sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi
Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang
ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi
PO, Madura dan Brahman.

Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi
Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh
rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat
mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong.
Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau
kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung
ekor berwarna putih.

Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya
45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang
diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya,
termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap
gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.

4. MANFAAT Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya
menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan
sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi
juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan
oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.

Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:

1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.

2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan
barang kerajinan

3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan
masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.

5. PERSYARATAN LOKASI Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah
yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh
kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10
meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat
dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di
tengah sawah atau ladang.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah
sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada
satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda
penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling
bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk
jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal
apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan
penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan
lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.

Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai
penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan
dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas
kandang yang hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan
terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan
lainnya.

Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau
2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi
cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di
sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%.
Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga
dataran tinggi (> 500 m).

Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan
kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi
konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.


1) Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan
salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari
pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang.
Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke
luar lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu
gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh
tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih.
Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh
kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan
sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan
kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.

2) Ukuran Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang
akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2
m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor
anak sapi cukup 1,5x1 m. 3) Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang
sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan
dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/
tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen
dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.

Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya.
Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan
tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk
membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa
dipakai untuk memandikan sapi.



6.2. Pembibitan


Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap
silsilahnya.

2) Matanya tampak cerah dan bersih.

3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari
hidung tidak keluar lendir.

4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.

5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.

6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.

7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.

8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan
bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.


Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali,
sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah
setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:
1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola. 2) kualitas dagingnya
maksimum dan mudah dipasarkan. 3) laju pertumbuhannya relatif cepat. 4)
efisiensi bahannya tinggi.

6.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan
kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :
a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.
c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.

Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga..
Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang
ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging.

Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak
mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit
dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.

Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa
pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang
memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture
fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.

Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang
biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas,
dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak
memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan
bermacam-macam jenis rumput.

Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan
istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang,
sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10%
dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum
tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu.
yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu,
dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi
dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal
dengan istilah ransum.

Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan
keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam
hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman
hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput
raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.

Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan
tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah
jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada
musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat
kasar.

Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase
ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup
rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang
disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase
jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.

Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu)
dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi
tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya
berjalan lancar.

Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum
sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan
dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau
tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen
berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan
pula peralatan untuk memandikan sapi.


7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit
1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung,
makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3)
pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4)
kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga,
mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6)
limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang
terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.

2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air
susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta
terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu
badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama
sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara
terpisah.

3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan
minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah
dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang,
selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit
bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi
akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.

4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih
keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa
sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

7.2. Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan
tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan
pengobatan.

3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.

4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai
petunjuk.



8. P A N E N

8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya

8.2. Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai
hasil tambahan dari budidaya sapi potong.



9. PASCA PANEN

9.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar
diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat
mencemari daging.

3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang
diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara
tuntas.

4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan
jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.



9.2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan
pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi
dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika
sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur
dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar
matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.

9.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan
jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.

9.4. Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas
dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun
tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas
sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50%
recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari
seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh
karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia.
Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh,
dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat
spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow yang
akan dipotong.

Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas
tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha
depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi
komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat
penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan
hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme
selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.

Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan
lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah
paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin),
lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk
(rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih
kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor
enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging
daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang
11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang
2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat
karkas (100%).

Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %
Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan
yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu,
saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).



10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor
pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya Produksi
a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,- b.
Kandang Rp. 1.000.000,- c. Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari
- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari
Rp. 12.000.000,-
Rp. 7.482.500,- d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-

2) Pendapatan
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan >Rp. 75.000,- Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-

2) Pendapatan
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg
Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg

Rp. 111.110.000,- b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp.
1.095.000,- Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,-


3) Keuntungan
a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor
sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,-


4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C ratio = 1,61 10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong
maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging
untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan,
perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota
metropolitan Jakarta.

Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen
yaitu :


a) Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang
membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini
mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai
98% dari konsumsi total.

Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :

1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )
Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan
dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas
tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.


2. Konsumen asing
Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan
dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di
samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini
belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika
dilakukan porsinya tidak signifikan.


b) Konsumen Industri
Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk
diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba.
Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin
meningkat
Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4
tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang
kegiatan ekonomi.

Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :
a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi
peternakan rakyat.
b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili
peternak penggemukan c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).

11. DAFTAR PUSTAKA 1. Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi,
Kanisius, Yogyakarta. 2. Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya,
Jakarta. 3. Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis
Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka 4. Direktorat
Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata
Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta. 5. Lokakarya
Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister
Manajemen UGM, Yogyakarta. 6. Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of
Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.

12. KONTAK HUBUNGAN 1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan -
BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829 2. Kantor
Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta
10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web:
http://www.ristek.go.id




I. PENDAHULUAN

BUDIDAYA AYAM BURAS

A. SASARAN
Meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan Ayam Buras sesuai dengan umur ayam.

B. KELUARAN
Ayam buras yang memiliki produktivitas tinggi.

C. BAHAN DAN ALAT
Bahan : Anak ayam, pakan, vaksin dan obat-obatan. Alat : Kandang, peralatan kandang dll.
Alat : Kandang, peralatan kandang dll.

D. PEDOMAN TEKNIS
Untuk mendapatkan calon bibit dan pejantan yang baik adalah a), bibit harus sehat dan tidak cacat b). lincah dan gesit, c). penampilan tegap, d). mata bening dan bulat, e). rongga perut elastis, f). bulu halus dan mengkilap, g) produksi dan daya tetas tinggi, h) tidak mempunyai sifat kanibal, i). umur bibit antara 5-12 bulan, untuk pejantan antara umur 8-15 bulan.

1. Konstruksi Kandang
a. Kandang sistem litter
Kandang sistem ini digunakan untuk usaha skala besar (intensif), konstruksinya kokoh dan terbuat dari bahan-bahan yang kuat sehingga diharapkan dapat bertahan lama. Lantai kandang dipadatkan atau disemen dan diberi alas sekam setebal 5-10 cm.

b. Kandang bertingkat
Kandang Sistem ini digunakan untuk pemeliharaan semi intensif. Ukuran kandang disesuaikan dengan kebutuhan, untuk kandang ukuran 2 x 5 m dapat menampung 40 ekor ayam berumur 2 - 3 bulan atau 30 ekor ayam dewasa.

2. Persyaratan Kandang
Tempat kering, tidak mudah tergenang air, jauh dari keramaian, mempunyai ventilasi yang baik, sehat dan bersih, kokoh dan kuat serta cukup mendapat sinar matahari.

3. Tempat Pakan
Tempat kering, tidak mudah tergenang air, jauh dari keramaian, mempunyai ventilasi yang baik, sehat dan bersih, kokoh dan kuat serta cukup mendapat sinar matahari.

4. Cara Pemberian Pakan
a. Untuk anak ayam umur 1 - 6 hari (kutuk), pakan ditabur atau sediakan pada wadah yang mudah terjangkau, jenis pakan yang dipakai adalah ransum ayam ras starter (pakan komersial).
b. Ayam umur 7 hari s/d 1 bulan dapat diberikan pakan campuran yaitu pakan ayam ras starter dicampur dengan katul dan dedak halus, dengan perbandingan 1: 1 atau jagung giling dan katul dengan perbandingan 2 : 1 dan dapat di tambah protein hewani.
c. Ayam umur 2-4 bulan dan seterusnya, diberikan pakan campuran, dedak halus, jagung giling, dan pakan komersil dengan perbandingan 3:1:1 dan dapat di tambahan gabah, gaplek dan tepung ikan.

5. Pencegahan Penyakit
Untuk mencegah penyakit tetelo (ND) dilakukan vaksinasi, pada umur 3-4 hari menggunakan vaksin Bl(melalui tetes mata atau hidung), diulangi setelah 3 minggu dengan vaksin Lasota dan kemudian setiap 3 bulan.


SISTEM PENETASAN AYAM BURAS

A. SASARAN
Meningkatkan daya tetas telur dengan sangkar eraman tradisionil.

B. KELUARAN
Tingkat daya tetas telur 77,37 % dan kematian embriyo 16,64%

C. BAHAN DAN ALAT
Bahan : Sangkar bambu, bambu, kawat, paku, rumput kering
Alat : Gergaji, pisau serut, palu, tang dll.

D. PEDOMAN TEKNIS

Sangkar penetasan tradisional yang terbuat dan anyaman bambu berbentuk kerucut mempunyai daya tetas cukup tinggi dibandingkan dengan sistem tradisionil lainnya, demikian juga kematian embriyo lebih rendah dan suhu penetasan dalam sangkar pengeraman cukup baik.

1. Cara Pembuatan Sangkar

Potong bambu berdiameter 25 - 50 cm sepanjang 125 cm, 1/3 bagian potongan tersebut untuk dibuat sangkar, oleh karena itu memotongnya harus diatas ruas, sedangkan 2/3 bagian lainnya untuk tiang penyanggga.
Sepertiga potongan bambu bagian atas dibelah-belah kecil kira-kira 1 - 1,5 cm, diraut atau dihaluskan, kemudian dianyam dengan belahan bambu tipis yang dimulai dari bagian ujung bawah belahan bambu tadi hingga berbentuk kerucut. Bagian ujung paling atas diikat dengan kawat tali agar anyamannya tidak terlepas.
Setelah sangkar terbentuk kemudian diletakan di tempat yang aman dan jauh dari keramaian serta terhindar dari gangguan binatang.
Bagian bawah sangkar tersebut diberi alas rumput kering atau jerami kering sebagai tempat diletakannya telur dan sekaligus sebagai tempat penetasan.

2. Keuntungan

Keuntungan sistem penetasan dengan menggunakan sangkar kerucut ini adalah daya tetas telur dapat mencapai 77,37%, kematian embriyo 16,64%, suhu maximum 102,27 °F dan suhu minimum 83,50 F. Hasil ini lebih baik bila dibandingkan dengan penetasan dengan meggunakan kotak kayu atau bahan lainnya.


SELEKSI CALON INDUK AYAM BURAS

A. SASARAN
Meningkatkan produktivitas ayam buras melalui pemilihan calon induk yang baik dan berproduksi tinggi.

B. KELUARAN
Teknik pemilihan calon induk yang baik.

C. PEDOMAN TEKNIS

Cara Pemilihan Calon Induk dan pejantan

a. Calon induk betina :
- Ukuran tubuh besar
- Sehat dan tidak cacat
- Lincah dan gesit
- Mata bening dan bulat
- Rongga perut elastis
- Produksi dan daya tetas telur tinggi
- Tidak mempunyai sifat kanibal.
- Bebas dari penyakit
- Umur 5-12 bulan
- Jarak tulang paha cukup lebar.

b. Calon pejantan :
- Sehat dan tidak cacat
- Penampilan tegap
- Bulu halus dan mengkilap
- Tidak mempunyai sifat kanibal
- Umur 8-24 bulan.

Perbandingan betina dan jantan

Perbandingan antara induk dan pejantan dapat disesuaikan dengan kondisi. Bila jantan berumur 8-12 bulan, perbandingannya yaitu 8-1 artinya 8 ekor betina dicampurkan dengan 1 ekor pejantan.
Untuk jantan berumur 8-20 bulan, perbandingannya 10 : 1 artinya 10 ekor betina dicampurkan dengan 1 ekor pejantan.


TATALAKSANA PEMELIHARAAN ANAK AYAM BURAS DENGAN KANDANG INDUKAN

A. SASARAN
Meningkatkan produktivitas ayam buras melalui pemeliharaan tanpa induk.

B. KELUARAN
Konstruksi kotak indukan dan persyaratannya, sebagai wadah pemeliharaan anak ayam.

C. BAHAN DAN PERALATAN
Bahan : Bambu, ram kawat diameter 0,5 - 1 cm, paku, kunci, kayu balok, engsel, lampu minyak tanah (listrik) dll.
Alat : Gergaji, palu, golok, dll

D. PEDOMAN TEKNIS

1. Konstruksi Kandang Indukan

Kerangka kandang terbuat dari kayu kaso 5x7 dengan ukuruan disesuaikan dengan kebutuhan. Alas kandang terbuat dan ram kawat ukuruan 0,5 cm.
Binding kandang terbuat dari bambu ukuran 1,5-2 cm, dengan jarak kerapatan antara bambu disesuaikan dengan kebutuhan, yang berfungsi juga sebagai ventilasi. Pintu kandang dibuat pada bagian atas kadang untuk memudahkan pada waktu memindahkan anak ayam. Untuk 30 ekor anak ayam, diperlukan ukuran 100x50x30 cm.

2. Cara Pemeliharaan

Kotak indukan sebelum dipergunakan dikapur terlebih dahulu, dan biarkan selama 3 hari untuk menghindarkan timbulnya bibit penyakit.
Anak ayam (DOC) yang baru berumur 2-3 hari kemudian dimasukkan ke dalam kotak indukan.
Untuk menghangatkan suhu di dalam kotak indukan diberi lampu listrik 10-15 watt, untuk anak ayam berumur 1-7 hari lampu di nyalakan siang malam, untuk anak ayam berumur 8-15 hari lampu dinyalakan malam hari saja, setelah umur 15 hari tidak diberi lampu pemanas, kecuali untuk penerangan malam hari.
Pada waktu malam, hujan dan angin, kotak indukan ditutup dengan karung goni atau bahan lainnya supaya ayam terhmdar dan kedmginan atau stres.
Tempat pakan dan air minum diletakkan di dalam kotak indukan, dan diletakan pada tempat yang mudah terjangkau..
Kandang diusahakan selalu dalam keadaan bersih, misalnya dengan membersihkannya 2-5 kali dalam seminggu.
Menempatkan kotak indukan harus di tempat bersih dan terang serta terhindar dari sinar matahari langsung, hujan, dan gangunan binatang, seperti ular, tikus dan kucing. Anak ayam dipelihara dalam kotak indukan hingga umur 6 minggu.

3. Cara Pemberian Pakan

Ayam berumur 1-7 hari diberikan makanan ransum ayam ras starter (sama dengan ayam ras). Ayam berumur 2-4 minggu diberikan pakan campuran ransum ras starter ditambah katul, dedak halus, atau jagung giling halus dengan perbandingan 2 : 1 ditambah sumber protein.
Ayam berumur 1 - 2 bulan diberikan pakan dedak, nasi jagung giling, dan lain sebagainya dan diberikan pada pagi hari.
Air minum disediakan setiap saat, untuk anak ayam berumur 2 hari air minumnya ditambah gula pasir dengan perbandmgan 1 liter air dengan 1 sendok gula, sedangkan untuk anak ayam berumur 2-7 hari minumnya dicampur dengan Vitachik (obat anti stres).

4. Pencegahan/Pengobatan Penyakit

Penyakit ND (tetelo), dengan vaksinasi melalui tetes mata atau hidung pada anak ayam umur 3-4 hari, umur 3 minggu dan setiap 3 bulan secara teratur, peralatan dan kandang dijaga supaya tetapbersih..
Vaksinasi pertama ayam umur 3-4 hari dengan vaksin Bl, diulangi setelah 3 minggu dengan vaksin Lasota dan kemudian setiap 3 bulan.
Penyakit cacar ayam, dengan memberikan vaksinasi, mencungkil kutil-kutil dengan gunting dan diolesi dengan yodium tintur, atau obat anti infeksi dan cuci hamakan kandang.
Penyakit kolera ayam, dengan memberikan obat sulfa atau teramisin yang dapat dibeli di Poultry shop.


SISTEM PERKANDANGAN AYAM BURAS

A. SASARAN
Menciptakan bentuk kandang yang sesuai dengan kondisi ayam, sehingga produktivitasnya meningkat.

B. KELUARAN
Konstruksi dan persyaratan kandang sebagai sarana perkembang-biakan.

C. BAHAN DAN ALAT
Bahan : Kayu balok, bambu, kawat, paku, atap, pasir, semen, dll.
Alat : Palu, gergaji, golok, kuas, obeng, dll.

D. PEDOMAN TEKNIS

1. Bentuk Kandang

Bentuk kandang umumnya ada dua yaitu kandang sistem litter dan kandang panggung atau bertingkat. Kandang sistem litter biasanya digunakan untuk usaha skala besar (intensif), lantai kandang dipadatkan atau disemen dan diberi alas sekam padi setebal 5-10 cm. Kandang sistem panggung (semi intensif) banyak dipergunakan terutama di daerah padat penduduk atau karena keterbatasan lahan. Pada sistem kandang mi biasanya disediakan halaman yang dikelilingi pagar (rens) sebagai tempat bermain.

2. Ukuran Kandang

kuran kandang dapat disesuaikan dengan kondisi dan tersedianya bahan serta biaya. Ukuran kandang 2 x 5 m dapat menampung 40 ekor anak ayam buras berumur 2-3 bulan, atau 30 ekor ayam dewasa. Pagar keliling dapat disesuaikan menurut luas kandang atau luas tanah yang tersedia. Luas kandang 2 x 5 m, ukuran pagar keliling cukup 6 x 10m.

3. Kolong Kandang

Kolong kandang perlu dibuatkan lubang untuk menampung kotoran ayam agar kotoran ayam tidak tercecer. Manfaat kotoran adalah sebagai pupuk kandang.

4. Persyaratan Kandang

- tempat kering, sehat, bersih dan tidak mudah tergenang air
- jauh dari keramaian
- mempunyai ventilasi yang baik
- kokoh dan kuat
- cukup mendapat sinar matahari.

5. Peralatan Kandang

Tempat pakan dan air minum
Tempat pakan dan air minum diusahakan terbuat dari bahan yang tidak berkarat, seperti papan, belahan bambu, plastik atau belahan paralon.
Tempat pakan dibuat berbentuk V akan lebih efisien, karena makanan terkumpul di bagian bawah sehingga ternak sulit untuk mencakarnya.
Penempatan tempat air minum untuk sistem intensif hams di dalam kandang dan berada kira-kira 10 cm di atas permukaan lantai, sedangkan sistem semi intensif penempatan pakan atau air minum dapat diletakan di dalam atau di halaman kandang asalkan tidak terkena air hujan atau sinar matahari langsung.



PEMBERIAN PAKAN CAMPURAN PADA AYAM BURAS

A. SASARAN
Menciptakan formula pakan yang mengandung zat nutrisi dengan memanfaatkan bahan pakan yang murah dan mudah didapat.

B. KELUARAN
Formula pakan yang berprotein dan di senangi ayam.

C. BAHAN DAN ALAT

Bahan : Ayam, ransum, bahan pakan.

Alat : Kandang dan Perlengkapan kandang

1. Susunan Ransum Ayam Buras Periode Produksi

Ransum campuran yang terdiri dari 3 bagian ransum komersial, 6 bagian dedak halus dan 4 bagian jagung giling ditambah grit dan vitamin B-12 (sistem intensif).
Ransum campuran yang terdiri dari 1 bagian ransum komersial, 4 bagian dedak halus dan 3 bagian jagung giling ditambah grit dan hijauan.
Ransum dengan campuran 3 bagian ransum komersial, 4 bagian dedak halus dan 3 bagian jagung giling terutama sistem pemeliharaan dalam kandang sistem baterai.

Susunan ransum ayam buras betina dewasa

Ransum ayam buras betina dewasa untuk 100 kg adalah sebagai berikut : jagung giling 28,2 kg, dedak halus 58,5 kg, tepung ikan 6,3 kg, tepung kapur 6,5 kg, garam 0,2 kg dan premix A 0,3 kg. Kandungan zat nutrisi tersebut diatas adalah protein kasar 15%; dan energi metabolis 2.312kkal/kg.

2. Susunan Ransum Ayam Dara Umur 12-20 Minggu

Terdapat 4 jenis ransum ayam buras. Salah satunya diantaranya adalah sebagai berikut: jagung giling 41 kg, dedak halus 53 kg, tepung ikan 2 kg, bungkil kedelai 0,9 kg, tepung tulang 0,8 kg, tepung kapur 1,75 kg, premix A 0,25 kg, garam 0,2 kg dan lisin 0,1 kg.
Kandungan zat nutrisi ransum ayam dara adalah sebagai berikut : protein kasar 10-14% , energi metabolis 2.700 kkal/kg ransum, lemak 5-7%, serat kasar 9-10%, Kalsium (Ca) 1-1,2% dan fospor ( P) 0,28 -0,95%.

3. Ransum Anak Ayam Umur 1 Hari-12 Minggu

Jagung giling 36 kg; dedak halus 45 kg, bungkil kelapa 9 kg, bungkil kedelai 7 kg, tepung kapur 2,5 kg, premix A 0,2 kg, garam 0,2 kg dan lisin 0,03 kg. Kandungan zat nutrisi ransum anak ayam muda adalah : protein kasar 14-15%, energi metabolis 2.300-2.900 kkal/kg ransum, lemak 5-8 %, serat kasar 6,7%, kalsium (Ca) 1-2,5% dan fospor (P) 0,9-1,5%.

D. PEDOMAN TEKNIS

1. Cara Pencampuran

Pencampuran sebaiknya dilakukan secara bertahap. Apabila ayam yang dipelihara jumlahnya sedikit , maka pencampuran ransum sebaiknya dilakukan untuk kebutuhan 1 minggu atau cukup membuat campuran ransum untuk 10 kg. Tujuannya adalah untuk menghindari agar makanan tidak berjamur.

2. Cara Pemberian

Pemberian ransum untuk ayam dewasa dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Kebutuhan ransumnya berkisar 70-100 gram/ekor/hari. Bila perlu diberikan pakan tambahan berupa hijauan atau sayuran. Untuk anak ayam umur 1 hari sampai 12 minggu ransum dan air minum harus tersedia setiap saat dan tidak terbatas jumlahnya. Pemberian ransum pada anak ayam muda sebaiknya 3-4 kali sehari. Hindari pemberian ransum yang berlebihan agar ransum tidak terbuang dan berjamur.

3. Tempat Pakan

Tempat ayam sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak berkarat seperti bambu atau paralon yang dibelah, belahan bambu ini hanya masuk kepala ayam agar ransum tidak dicakar dan tumpah.



INSEMINASI BUATAN PADA AYAM BURAS

A. SASARAN
Meningkatkan produktivitas ayam buras melalui seleksi pejantan dan induk.

B. KELUARAN
Ayam buras yang memiliki kemampuan berproduksi tinggi.

C. BAHAN DAN ALAT

Bahan : Ayam buras jantan dan betina dewasa, kandang, bahan pengencer NaCl fisiologis (NaCl 0,0% infuse, dextrose 5% + NaCl 0,9% infuse), laming telur, air kelapa inuda, anti biotik (penisilm/strepmycin).

Alat : Suntikan (tanpa jarum), tabling penyedot, tabling gelas, termos kecil dll.

D. PEDOMAN TEKNIS

a. Penyiapan ayam pejantan

- Pilih ayam pejantan sehat berumur antara 12-30 bulan tidak cacat tubuh berasal dari keturunan induk yang berproduksi tinggi dan nafsu kawionya baik.
- Dikaridangkan teipisah pada kondisi yang nyaman
Sebelum pengambilan sperma, ayam pejantan sebaiknya dipuasakaii 4-6 jam sebelumnya.

b. Penyiapan ayam pejantan

- Ayam pejantan diapit diantara lengan dan badan, kemudian lakukan rangsangan dengan cara mengurut berulangkali pada bagian punggung, yaitu dari pangkal leher sampai bagian pangkal ekor.
- Dengan rangsangan tersebut ayam akan ereksi, ditandai dengan meregangnya bulu ekor ke atas dan mencuatnya alat kelamin (penis) ke permukaan kloaka.
- Pada saat yang bersamaan tekan bagian bawah ekor dan alat kelamin akan mengeluarkan sperma berwarna putih agak kental.
- Cairan sperma segera ditampung dengan alat suntik (tanpa jarum) yang diberi selang plastik kecil, atau dengan tabung penyedot.
- Penampungan sperma bisa dilakukan 2 kali setiap 15 menit.

c. Pengenceran sperma

- Setiap ekor pejantan dapat menghasilkan rata-rata 0,30 ml sperma (0,20-0,50 ml).
- Sperma bisa disuntikan langsung ke ayam betina (tanpa diencerkan) dengan dosis 0,02-0,03 ml menggunakan suntikan (sirynge).
- Pengencer sperma dapat digunakan cairan garam fisiologis infuse (NaCl 0,9% dalam aquades, atau ringers infuse, dextrose 5% + NaCl 0,9% infuse).
- Pengencer sperma dapat dibuat pula campuran fisiologis infuse + kuning telur dengan perbandingan 4:1.
- Selain itu pengencer dapat dibuat dari campuran air kelapa muda + kuning telur dengan perbandingan 4:1.
- Pengenceran sperma dilakukan dengan perbandingan 1 : 10 (1 bagian sperma : 10 bagian pengencer).

d. Pelaksanaan Inseminasi

- Ayam betina yang akan disuntik (di inseminasi) harus dalam keadaan sedang bertelur atau pada masa bertelur
- Penyuntikan (inseminasi) pada ayam ada 2 metode yaitu metode intra vaginal dan metode intra uterine.
- Metode intra vaginal artinya sperma disuntikkan ke dalam vagina (alat kelamin betina) dengan kedalaman ± 3 cm
- Metode intra uterine, artinya sperma disuntikkan ke bagian uterus dengan kedalaman 7-8 cm.
- Sperma yang sudah diencerkan dimasukkan ke dalam alat suntik (sirynge) kecil, dosis sperma yang disuntikkan 0,02-0,03 ml. (± 300 juta sperma).
- Usahakan agar ayam betina yang sudah disuntik tidak mengalami stres.