Jumat, 29 Agustus 2008

pakan ikan

SEJARAH SINGKAT
Di Indonesia belum ada jenis-jenis usaha yang menghasilkan bibit pakan ikan alami dari hasil kultur murni. Bibit-bibit pakan ikan alami umumnya merupakan hasil percobaan di laboratorium yang sifatnya sekedar untuk memenuhi kebutuhan penelitian. Dalam bidang produksi pakan ikan alami, masih terdapat kesenjangan yang cukup tajam dalam hal ketersediaan teknologi dengan penggunanya, khususnya petani ikan.



1. Bagi masyarakat awam tidak mudah untuk memproduksi pakan ikan alami, tetapi juga bukan merupakan pekerjaan yang sulit. Persoalannya terletak pada sarana dan prasarana yang tergolong cukup mahal untuk ukuran ekonomi pedesaan dan dalam pengoperasiannya memerlukan keahlian khusus.
2. SENTRA PERIKANAN
Selama ini produksi pakan ikan alami dilakukan oleh pengusaha pembenihan ikan/udang dalam satu unit pembenihan, atau oleh Balai Budidaya milik Pemerintah. Sementara ini sentra produksi pakan ikan buatan berada di Jawa.
3. JENIS
1. Pakan Alami
Jenis-jenis makanan alami yang dimakan ikan sangat beragam, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Beberapa jenis pakan alami yang dibudidayakan adalah : (a) Chlorella; (b) Tetraselmis; (c) Dunaliella; (d) Diatomae; (e) Spirulina; (f) Brachionus; (g) Artemia; (h) Infusoria; (i) Kutu Air; (j) Jentik-jentik Nyamuk; (k) Cacing Tubifex/Cacing Rambut; dan (l) Ulat Hongkong
2. Pakan Buatan
Bentuk pakan buatan ditentukan oleh kebiasaan makan ikan.
1. Larutan, digunakan sebagai pakan burayak ikan dan udang (berumur 2-30 hari). Larutan ada 2 macam, yaitu : (1) Emulsi, bahan yang terlarut menyatu dengan air pelarutnya; (2) Suspensi, bahan yang terlarut tidak menyatu dengan air pelarutnya.
2. Tepung halus, digunakan sebagai pakan benih (berumur 20-40 hari). Tepung halus diperoleh dari remah yang dihancurkan.
3. Tepung kasar, digunakan sebagai pakan benih gelondongan (berumur 40-80 hari). Tepung kasar juga diperoleh dari remah yang dihancurkan.
4. Remah, digunakan sebagai pakan gelondongan besar/ikan tanggung (berumur 80-120 hari). Remah berasal dari pellet yang dihancurkan menjadi butiran kasar.
5. Pellet, digunakan sebagai pakan ikan dewasa yang sudah mempunyai berat > 60-75 gram dan berumur > 120 hari.
6. Waver, berasal dari emulsi yang dihamparkan di atas alas aluminium atau seng dan dkeringkan, kemudian diremas- remas.
4. MANFAAT
1. Sebagai bahan pakan ikan, udang, atau hasil perikanan lainnya, baik dalam bentuk bibit maupun dewasa.
2. Phytoplankton juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami pada budidaya zooplankton.
3. Ulat Hongkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan hias, yang dapat mencermelangkan kulitnya.
4. Pakan buatan dapat melengkapi keberadaan pakan alami, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas.
5. PERSYARATAN LOKASI
1. Chlorella: salinitas 0-35 ppt dan yang optimal pada 10-20 ppt, kisaran suhu optimal 25-30°C dan maksimum pada 40 ° C.
2. Tetraselmis: salinitas 15-36 ppt dan kisaran suhu 15-35 °C.
3. Dunaliella: salinitas optimum 18-22 % NaCl, untuk produksi carotenoid > 27% NaCl, dan masih bertahan pada 31% NaCl; suhu optimal 20-40 ° C, pH optimal 9 dan bertahan pada pH 11.
4. Diatomae: suhu optimal 21-28 ° C dan intensitas cahaya 1000 luks.
5. Spirulina: pH optimal 7,2-9,5 dan maksimal 11; suhu optimal 25-35 ° C; tahan kadar garam tinggi, yaitu sampai dengan 85 gram /liter.
6. Brachionus: suhu optimal untuk pertumbuhan dan reproduksi adalah 22-30 ° C; salinitas optimal 10-35 ppt, yang betina dapat tahan sampai 98 ppt; kisaran pH antara 5-10 dengan pH optimal 7,5-8.
7. Artemia: kisaran suhu 25-30 ° C dan untuk Artemia kering -273-100 ° C; kadar garam optimal 30-50 ppt, untuk menghasilkan kista: 100 permil; kandungan O2 optimal adalah >3 mg/liter dengan kisaran 1 mg/liter sampai tingkat kejenuhannya 100 %; pH optimal adalah 7,5-8,5 dan kadar amonia yang baik <>
8. Kutu Air: suhu optimal 22-31 ° C, dan pH optimal 6,6-7,4.
9. Cacing Tubifex: cacing tubifex menyukai perairan yang berlumpur dan banyak mengandung bahan organik.






tenak ikan nila

BUDIDAYA IKAN NILA
( Oreochromis niloticus )

1. SEJARAH SINGKAT

Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis.


Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan akap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia
adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia
secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.

2. SENTRA PERIKANAN

Di Indonesia ikan nila telah dibudidayakan di seluruh propinsi.

3. JENIS

Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:

Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Crdo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino.

4. MANFAAT

Sebagai sumber penyediaan protein hewani.

5. PERSYARATAN LOKASI

  1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar
    dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
  2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
  3. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
  4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
  5. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air
    arus deras.
  6. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
  7. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C.
  8. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Kolam
      Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb).
      Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara lain:
      1. Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m 2 . Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.
      2. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
        Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
      3. Kolam pembesaran
        Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:
        1. Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara
          2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab
          benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua
          atau langsung dijual kepada pera petani.
        2. Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah.
          Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
        3. Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.
      4. Kolam/tempat pemberokan
        Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan nila. Sebelum digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1 - 1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.
    2. Peralatan
      Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap
      ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser
      (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
    3. Persiapan Media
      Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk
      memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
  2. Pembibitan
    1. Pemilihan Bibit dan Induk
      Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
      1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
      2. Pertumbuhannya sangat cepat.
      3. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
      4. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
      5. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
      6. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
        Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
        1. Betina
          1. Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
          2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
          3. Warna perut lebih putih.
          4. Warna dagu putih.
          5. Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
        2. Jantan
          1. Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
          2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
          3. Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
          4. Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
          5. Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
            Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan. Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang dipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nila betina. Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu:
            1. Secara manual (dipilih)
            2. Sistem hibridisasi antarjenis tertentu
            3. Merangsang perubahan seks dengan hormon
            4. Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara.
              1. Perendaman
              2. Perlakuan hormon melalui pakan
    2. Pembenihan dan Pemeliharaan Benih
      Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :
      1. Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan burayak (anak ikan).
      2. Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang lebih besar. Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut induknya disebut "benih kebul". Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil, yang disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di tempat lain lagi selama 1- 1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.
    3. Pemeliharaan Pembesaran
      Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Untuk mi dipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2 ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 80-100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan.
      1. Pemupukan
        Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap daerah. Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul dan diratakan. Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk organik sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam. Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Han kelima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm. Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan. Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna air kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75- 100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis. Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kglha. Pupuk itu dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam keranjang bambu. Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua bush di kin dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang dua keranjang lagi diletakkan di sudut-sudut kolam. Urea dan TSP masing-masing sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil agar pupuk sedikit demi sedikit. Kantong pupuk tersebut digantungkan sebatang bambu yang dipancangkan di dasar kolam. Posisi ng terendam tetapi tidak sampai ke dasar kolam. Selain pukan ulang. ikan nila juga harus tetap diberi dedak dan katul. pemupukan di atas dapat dilakukan untuk kolam air tawar, payau atau sawah yang diberakan.
      2. Pemberian Pakan
        Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
      3. Pemeliharaan Kolam/Tambak
        Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat pemeliharaan dan input yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan ukuran ikan yang berbeda-beda. Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat, yaitu
        1. Sistem ekstenslf (teknologi sederhana)
          • Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang. Input produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan di kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi keluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini telah dipopulerkan di wilayah desa miskin.
          • Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah
            pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).
          • Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif sebenar cukup lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan seminggu sekali.
        1. Sistem semi-Intensif (teknologi madya)
          • Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan yang teratur.
          • Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat
            dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih gelondongan besar.
          • Budi daya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.
          • Sistem semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga. Misal usaha ternak kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak menjadi pupuk untuk kolam.
          • Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.
          • Usaha huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan katul. Oleh karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan di
            dekat penggilingan tersebut.
          • Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.
        2. Sistem intensif (teknologi maju)
          • Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern. Produksi ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengankebutuhan pasar.
          • Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.
          • Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu.
          • Ransum hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. makanan sebaiknya berupa pelet yang berkadar protein 25-26%, lemak 6-8%. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diamati nafsu makan ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan knya habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapat gangguan. Gangguan itu berupa serangan penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi pakan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

  1. Hama
    1. Bebeasan (Notonecta)
      Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
    2. Ucrit (Larva cybister)
      Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
    3. Kodok
      Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
    4. Ular
      Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
    5. Lingsang
      Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
    6. Burung
      Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
      Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi
      rumbai-rumbai atau tali penghalang.
  2. Penyakit
    1. Penyakit pada kulit
      Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir.
      Pengendalian:
      1. direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian.
      2. direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
    2. Penyakit pada insang
      Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan.
      Pengendalian: sama dengan di atas.
    3. Penyakit pada organ dalam
      Gejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit.
      Pengendalian: sama dengan di atas.

Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan nila:

  1. Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
  2. Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
  3. Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
  4. Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
  5. Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
  6. Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar.
  7. Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

8. PANEN

Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen sebagian.

  1. Panen total
    Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
  2. Panen sebagian atau panen selektif
    Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.

9. PASCAPANEN

Penanganan pascapanen ikan nila dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.

  1. Penanganan ikan hidup
    Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
    1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
    2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
    3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
  2. Penanganan ikan segar
    Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
    1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
    2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
    3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan
      daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
    4. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
      Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian
      ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian
      juga antara ikan dengan penutup kotak.
  3. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
    1. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
      plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
    2. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
      air sumur yang telah diaerasi semalam.
    3. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan
      dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan
      dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
    4. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
      1. Sistem terbuka
        Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
      2. Sistem tertutup
        Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
        pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik:
        1. masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
        2. hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air;
        3. alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2);
        4. kantong plastik lalu diikat.
        5. kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan
          adalah sebagai berikut:
          • Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
          • Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
          • Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1- 2 menit.
          • Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
          • Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

  1. Analisa Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis usaha budidaya ikan nila selama 1 bulan pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat adalah sebagai berikut:
    1. Biaya produksi
      1. Sewa kolam Rp. 120.000,-
      2. Benih ikan nila 4000 ekor, @ Rp.200,- Rp. 800.000,-
      3. Pakan
        • Dedak 8 karung @ Rp.800,- Rp. 6.400,-
      4. Obat dan pupuk
        • Kotoran ayam 4 karung, @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-
        • Urea dan TSP 10 kg, @ Rp.1.800,- Rp. 18.000,-
        • Kapur 30 kg, @ Rp. 1.200,- Rp. 36.000,-
      5. Peralatan Rp. 100.000,-
      6. Tenaga kerja 1 orang @ Rp. 7500,- Rp. 225.000,-
      7. Biaya tak terduga 10% Rp. 133.340,-
        Jumlah biaya produksi Rp.1.466.740,-
    2. Pendapatan benih ikan 85%,4000 ekor @ Rp.700,- Rp.2.380.000,-
    3. Keuntungan Rp. 913.260,-
    4. Parameter kelayakan usaha : B/C ratio 1,62
  2. Gambaran Peluang Agribisnis
    Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh
    pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,
    penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import. Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan nila dan ikan air tawar
    lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan nila mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan nila boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.

11. DAFTAR PUSTAKA

  1. Sugiarto Ir, 1988, Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV. Simplex (Anggota IKAPI)”.
  2. Rahardi, F. 1993. Kristiawati, Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan, Penerbit Swadaya, Jakarta.

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas


ternak biri-biri

BUDIDAYA TERNAK DOMBA
( Bovidae )

1. SEJARAH SINGKAT

Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia.

2. SENTRA PERIKANAN

Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah Aceh dan Sumatra Utara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor domba, sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang diternakan. Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh berdasarkan data Puslit Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar mulai dari kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yang digunakan sekitar 7 juta hektar.

3. JENIS

Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruh dunia, seperti:

  1. Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia
  2. Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa Barat.
  3. Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian Timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok.
  4. Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.
    Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yakni domba ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa
    Timur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat

4. MANFAAT

Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.

5. PERSYARATAN LOKASI

Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Perkandangan
      Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia.Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:
      1. Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.
      2. Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.
      3. Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.

Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu:

      1. Tipe kandang Panggung
        Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.
      2. Tipe kandang Lemprak
        Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang
        diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.
  1. Penyiapan Bibit
    Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.
    1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
      1. Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki
        nafsu kawin besar dan ekor normal.
      2. Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat.
    2. Reproduksi dan Perkawinan
      Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.
      1. Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.
      2. Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi.
    3. Proses Kelahiran
      Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar. Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut:
      1. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
      2. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.
      3. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
      4. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
      5. Sering kencing.


Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih.

  1. Pemeliharaan
    1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
      Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali.
    2. Pengontrolan Penyakit
      Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat.
    3. Perawatan Ternak
      Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas
      dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.
      Perawatan ternak dewasa meliputi:
      1. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar
        matahari pagi.
      2. Mencukur Bulu
        Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba.
      3. Merawat dan Memotong Kuku
        Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
    4. Pemberian Pakan
      Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
      1. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
      2. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan
        siratro.
      3. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon,
        daun ketela rambat dan daun beringin.
      4. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.

Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebut adalah:

      1. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
      2. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
      3. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
      4. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
      5. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas


Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah sebagai berikut:

      1. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      2. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      3. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
      4. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      5. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      6. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
      7. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      8. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      9. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
      10. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      11. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      12. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
      13. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      14. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      15. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
      16. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      17. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      18. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
      19. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      20. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      21. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
    1. Pemberian Vaksinasi dan Obat
      Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
    2. Pemeliharaan Kandang
      Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

  1. Penyakit Mencret
    Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.
  2. Penyakit Radang Pusar
    Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari. Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba akan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).
  3. Penyakit Cacar Mulut
    Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe yang terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian: dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicillin.
  4. Penyakit Titani
    Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba selalu gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan. Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicus dan Magnesium.
  5. Penyakit Radang Limoah
    Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya cepat dan dapat menular ke manusia. Penyebab: bakteri Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan menyuntikan antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat tubuh domba tertular.
  6. Penyakit Mulut dan kuku
    Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: virus dan menyerang semua usia pada domba Gejala: mulut melepuh diselaputi lendir. Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.
  7. Penyakit Ngorok
    Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan domba berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendir berbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat air minum atau suntikan.
  8. Penyakit perut Kembung
    Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang masih diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.
  9. Penyakit Parasit Cacing
    Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing Fasciola gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata). Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis 220 mg/kg berat tubuh domba.
  10. Penyakit Kudis
    Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit berupa kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis. Gejala: tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki dan pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.
  11. Penyakit Dermatitis
    Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit domba. Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu. Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.
  12. Penyakit Kelenjar Susu
    Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk yang menyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu makan kurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian: pemberian obat-obatan antibiotika melalui air minum.

Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:

  1. Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
  2. Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
  3. Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya.
  4. Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
  5. Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
  6. Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
  7. Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
  8. Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.

8. PANEN

  1. Hasil Utama
    Hasil utama dari budidaya domba adalah karkas (daging)
  2. Hasil Tambahan
    Hasil tambahan dari budidaya domba adalah bulunya (wool) yang dapat di jadikan sebagai bahan tekstil.
  3. Pembersihan
    Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki domba dan menyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dihasilkan tidak
    tercemar oleh bakteri dan kotoran.

9. PASCAPANEN

  1. Stoving
    Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan domba agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
    1. Ternak domba harus diistirahatkan sebelum pemotongan
    2. Ternak domba harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
    3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
    4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
  2. Pengulitan
    Pengulitan pada domba yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit domba dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit domba dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
  3. Pengeluaran Jeroan
    Setelah domba dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut
    domba.
  4. Pemotongan Karkas
    Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas
    harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

  1. Analisis Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis usaha domba selama 136 hari di Bogor tahun 1995 adalah sebagai berikut:
    1. Biaya produksi
      1. Lahan
        • Sewa tanah 700 m 2 (5 bulan) Rp. 100.000,-
      2. Bibit
        • Domba lepas sapih 100 ekor@ Rp.40.000,- Rp. 4.000.000,-
      3. Bangunan dan peralatan
        • Kandang ukuran 3,5 m x 18,75 m (2 buah) :
          • Bambu 360 batang @ Rp. 2.000,- Rp. 720.000,-
          • Papan kayu panjang 2 m (352 buah) @ Rp. 2.000,- Rp. 704.000,-
          • Paku reng 8 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 32.000,-
          • Paku usuk 10 kg @ Rp. 2.500,- Rp. 25.000,-
          • Genting 6.480 buah @ Rp. 200,- Rp. 1.296.000,-
          • Tali 42 m @ Rp. 700,00 Rp. 29.400,-
        • Base Camp + gudang ukuran 5 m x 6 m :
          • Bambu 28 batang @ Rp.2.000,- Rp. 56.000,-
          • Papan kayu panjang 2 m 60 buah @ Rp.1.800,- Rp. 108.000,-
          • Paku reng 2 kg @ Rp.4.000,00 Rp. 8.000,-
          • Paku usuk 3 kg @ Rp.2.500,00 Rp. 7.500,-
          • Genting 1.200 buah @ Rp.200,- Rp. 240.000,-
          • Tali 15 m @ Rp. 700,- Rp. 10.500,-
        • Peralatan
          • Tempat minum dia 25 cm(100 buah) @ Rp.2.500,- Rp. 250.000,-
          • Sekop 2 buah @ Rp.12.500,- Rp. 25.000,-
          • Ember plastik diameter 25 cm (3 bh) @ Rp.2.500,- Rp. 7.500,-
          • Tong bak air (2 buah) @ Rp.35.000,- Rp. 70.000,-
          • Ciduk (4 buah) @ Rp.1.500,- Rp. 6.000,-
      4. Pakan
        • Hijauan/rumput 34.000 kg @ Rp.500,- Rp. 17.000.000,-
        • Konsentrat Rp. 2.450.000,-
        • Dedak 1.780 kg @ Rp.600,- Rp. 1.068.000,-
        • Bungkil kelapa 890 kg @ Rp.1.250,- Rp. 1.112.500,-
        • Tepung jagung 534,1 kg @ Rp.900,- Rp. 480.690,-
        • Bungkil kacang tanah 284,9 kg @ Rp.1800,- Rp. 512.820,-
        • Garam dapur 35,598 kg @ Rp.500,- Rp. 17.800,-
        • Tepung tulang 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
        • Kapur 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
      5. Tenaga kerja
        • Tenaga kerja 112 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 784.000,-
        • Tenaga kerja 15 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 105.000,-
        • Tenaga kerja pemeliharaan selama 136 hari Rp. 884.000,-
      6. Biaya tak terduga 10% Rp. 3.213.800,-
        Total Modal Usaha Tani Rp. 35.351.710,-
    2. Pendapatan
      1. Nilai penjualan ternak100 x 95% x Rp.400.000,- Rp. 38.000.000,-
      2. Nilai penjualan pupuk kandang Rp 250.000,- : Total Pendapatan (II) Rp. 38.250.000,-
      3. Keuntungan usaha : (II - I) Rp. 2.898.290,-
    3. Parameter kelayakan usaha
      Total Pendapatan
      a. B/C Ratio = ........ . = 1,08
      Total biaya produksi
  2. Gambaran Peluang Agribisnis : …

11. DAFTAR PUSTAKA

  1. Bambang agus murtidjo. 1993. Memelihara Domba, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
  2. Bambang Cahyono. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
  3. Bambang Sugeng. 1990. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta,
  4. Joko santoso dkk. 1991. Pengembangan Ternak Potong di Pedesaan (Prosiding), Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto.
  5. Warta pertanian No. 125/Th.X/1993, Peternakan, Jakarta, 1993.

12. KONTAK HUBUNGAN

  1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
  2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas


PENGATURAN PRODUKSI ANAK DOMBA

  1. KELUARAN
    Pola produksi tepat sasaran
  2. PEDOMAN TEKNIS
    1. Pengaturan perkawinan domba ditujukan untuk mengatur produksi anak disesuaikan dengan target penjualan. Minimal target yang dikejar adalah satu ekor per bulan dapat dijual.
    2. Pejantan dan 8 ekor betina merupakan skala usaha terkecil untuk menghasilkan anak satu setiap bulan. domba induk disatukan dengan pejantan selama 2 bulan dan diganti setiap 2 bulan dengan induk berikutnya tidak bunting.
    3. Lama pemeliharaan anak bersama induk adalah 3 bulan dan disapih untuk tujuan penggemukan atau bibit.
    4. pakan untuk induk bunting dan menyusui ditambahkan pakan tambahan disamping pakan dasar rumput/hijauan (1 1/2 % berat badan)
  3. SUMBER
    Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001
  4. KONTAK HUBUNGAN
    Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia