Nanti sajalah kalau saya sudah punya banyak uang.
Saya ingin punya usaha sendiri, tapi, jangan sekarang.
Perjalanan saya masih jauh untuk meraih
cita-cita saya.
Perlengkapan usaha saya belum komplit.
Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara meraih sukses. Salah satu cara adalah memulai usaha sendiri. Jika memang ”jalan” ini yang Anda pilih (memulai usaha sendiri), artikel ini memang untuk Anda.
KEKUATAN 4 S
Sebelum kita mengambil langkah pertama memulai usaha sendiri, ada empat hal yang bisa kita gunakan sebagai kekuatan untuk mendorong kita mewujudkan mimpi kita: memiliki usaha sendiri yang sukses.
Sekarang. Meraih cita-cita, apa pun itu bentuknya memang tidaklah semudah membalik telapak tangan. Semua upaya untuk mewujudkan cita-cita, termasuk juga memulai usaha sendiri, mengandung berbagai risiko: kegagalan, kesulitan dana, berbagai masalah dan hambatan lainnya. Tetapi, upaya ini juga tidak sesulit memindahkan gunung. Untuk sukses dalam menekuni sebuah usaha, memang memerlukan waktu dan kesiapan. Tapi, jika semua itu tidak kita mulai sekarang, lalu kapan lagi? Jika kita tidak memulai sekarang, mungkin sekali kita tidak akan pernah punya keberanian untuk memulai. Jadi jangan sampai kita menyesal kemudian.
Banyak hal yang bisa kita lakukan sekarang: mempersiapkan diri, mempelajari ataupun memantapkan keterampilan yang diperlukan, memupuk pengalaman berharga, melakukan riset kecil untuk menentukan kebutuhan pasar ataupun perubahan kebutuhan yang bisa kita akomodasi melalui usaha yang akan kita bentuk, mencari informasi mengenai segala persyaratan dan aturan hukum yang terkait dengan usaha yang akan kita mulai (dokumen yang perlu dilengkapi, aturan main yang perlu dipatuhi), dan mencari dukungan dana, sumber daya manusia, dan nasihat yang diperlukan. ”You don’t have to be great to get started, but you have to get started to be great,” (Anda tidak perlu menjadi besar dulu untuk memulai, tapi Anda harus memulai dulu untuk menjadi ”besar”, begitulah yang dikatakan Les Brown. Kata-kata bijak Les Brown ini mungkin bisa membantu kita untuk memulai mengambil langkah pertama menuju cita-cita kita.
Sedikit. ”Saya belum punya cukup uang. Saya belum punya banyak pengalaman. Saya belum punya ruang usaha.” Selain waktu, kelengkapan sarana dan prasarana sering menjadi alasan bagi kita untuk menunda memulai usaha sendiri. Sebenarnya, dalam memulai usaha, kita tidak perlu menunggu sampai semua yang kita perlukan ada. Mulai dengan memanfaatkan yang ada, untuk kemudian bisa kita lengkapi sedikit demi sedikit sejalan dengan berkembangnya usaha kita. Sebagai ilustrasi, kita bisa meneladani apa yang dilakukan oleh Daisy Braxton. Wanita pengusaha jasa kebersihan gedung ini, tidak menunggu sampai ia memiliki banyak pegawai, dan banyak peralatan untuk memulai usahanya. Ia memasarkan jasanya ke berbagai pemilik gedung. Begitu pesanan diterima dari satu pemilik gedung kecil, ia langsung merekrut dua karyawan untuk membantunya, dan membeli perlengkapan yang diperlukan dari uang muka yang didapatkan. Dari satu gedung dan dua karyawan, dalam kurang dari lima tahun, Daisy berhasil mengembangkan usahanya menjadi besar dengan omzet yang 500% lebih tinggi dari saat ia pertama kali memulai.
Sendiri. Memulai sebuah usaha memang sering kali memerlukan dukungan orang lain: keluarga, teman, karyawan, bank, pelanggan. Tapi, sebelum kita mendapatkan dukungan orang lain, kita perlu mulai dari diri sendiri. Kita perlu meyakinkan diri sendiri bahwa kita bisa sukses. Jika kita sendiri sudah memiliki keyakinan ini, akan lebih mudah bagi kita untuk meyakinkan orang lain untuk mendukung kita. Walt Disney, sebelum memulai usahanya di bidang pembuatan film-film kartun yang menghibur banyak orang, memiliki keyakinan yang kuat akan ide bisnis yang dimilikinya. Dengan keyakinan yang kuat ini, ia berhasil meyakinkan saudara laki-lakinya untuk bersama-sama merintis usaha pembuatan film kartun. Karena mereka belum memiliki tempat usaha, Disney dan saudaranya kemudian mengunjungi paman mereka yang memiliki sebuah ruangan yang belum dimanfaatkan. Mereka pun berhasil meyakinkan paman mereka untuk meminjamkan ruangan tersebut untuk diubah menjadi sebuah studio mini.
Senang. Modal utama dari sebuah usaha adalah ”rasa senang”. Kita perlu menyenangi bisnis yang kita terjuni. Tanpa rasa cinta pada apa yang akan kita kerjakan, akan mudah bagi kita untuk menyerah ketika harus menghadapi berbagai masalah dan kendala yang menghadang. Seperti ibaratnya orang yang sedang jatuh cinta, ke gunung pun kita ikut, ke lembah kita turut, menyebrangi lautan bukan masalah, ke bulan (jika perlu) kita jalani juga. Ini menunjukkan bahwa jika kita sudah jatuh cinta pada sebuah usaha, maka masalah, halangan dan hambatan tidak akan mematahkan semangat kita untuk terus berjuang meraih sukses. Misalnya saja Steve Case, pemilik American On Line (AOL), sebuah perusahaan jasa komunikasi di industri Internet yang membuka akses bagi orang-orang untuk memasuki dunia maya. Dari sejak kecil, Steve senang sekali berkomunikasi dengan banyak orang, terutama melalui surat. Tapi, sarana pos memakan waktu lama, dan biaya yang makin tinggi jika jarak semakin jauh.
Untuk mengatasi masalah biaya dan jarak, Steve akhirnya membangun usaha yang memungkinkan masyarakat untuk mengirim surat dengan lebih cepat dan lebih murah melalui sarana surat elektronik (email). Dalam membangun usahanya ini, banyak kendala dan tantangan yang dihadapi, antara lain: Ketika AOL sedang mengalami kesulitan, Bill Gates pernah membujuk Case untuk menjual usahanya ini kepada sang Kaisar Microsoft, tapi Steve Case menolak dan tetap mempertahankan usahanya. Semua hambatan tersebut tidak mematahkan semangat Steve Case, yang telah jatuh cinta pada dunia komunikasi elektronik, untuk tetap menekuni dan mengembangkan usahanya. Ternyata keputusan ini berhasil membawa Steve Case dan AOL perusahaannya ke jenjang sukses.
SUMBER IDE
Setelah kita yakin untuk memulai usaha sendiri, lalu usaha apa yang menguntungkan untuk kita mulai? Mungkin sumber-sumber ide berikut bisa kita gali untuk menetapkan jenis usaha yang paling tepat bagi kita dan pasar yang paling pas untuk kita bidik.
Pekerjaan dan Keterampilan. Menurut William E Heinecke, seorang pengusaha sukses di bidang makanan dan pariwisata di Thailand, dalam bukunya The Entrepreneur, pekerjaan yang kita tekuni, dan keterampilan yang sudah kita miliki merupakan sumber yang kaya akan ide bisnis yang tepat untuk kita. Alasannya? Dari sinilah (pekerjaan yang telah sekian lama kita jalankan, dan keterampilan yang sudah kita kembangkan) insting bisnis kita dibentuk dan dipupuk. Mary Kay Ash, sang Ratu Kosmetik, Norman Monath, pengusaha di bidang penerbitan, dan William Colgate si Raja Sabun memilih ide usaha dari pekerjaan yang pernah mereka tekuni dan keterampilan yang sudah mereka miliki. Mary pernah bekerja di perusahaan kosmetik dan menjadi tenaga penjual di perusahaan tersebut sebelum akhirnya terjun untuk membangun perusahaan kosmetiknya sendiri.
William Colgate, sebelum membangun usahanya sendiri, pernah bekerja di perusahaan sabun milik orang lain. Dari pekerjaannya ini, ia mengembangkan keterampilan teknis dan manajemen, serta mengembangkan jaringan perkenalan dengan orang-orang yang tepat yang harus dihubungi di bisnis yang ia tekuni tersebut. Norman Monath, memulai karier di perusahaan penerbitan milik orang lain. Ia bahkan sempat belasan tahun menimba ilmu di perusahaan ini dan menajamkan keterampilan editing dan pengelolaan bisnis sebelum akhirnya memutuskan untuk membangun usaha penerbitannya sandiri.
Minat dan Hobi. Sumber kedua yang juga tidak kalah pentingnya adalah minat dan hobi yang kita miliki. Kedua hal ini merupakan sumber yang memiliki kekuatan yang ampuh dalam membangun keyakinan serta motivasi bagi kita untuk memulai usaha. Umumnya orang tidak merasa terbeban untuk melakukan yang ia senangi (misalnya: minat dan hobi). Ini merupakan modal kuat bagi seorang wiraswastawan yang menekuni dunia yang memang ia cintai. Bill Gates mengandalkan hobi dan minatnya di bidang komputer sebagai sumber ide memulai kerajaan bisnisnya yang sekarang telah menggurita di seluruh dunia.
Anita Roddick, nakhoda perusahaan kosmetik yang mengandalkan bahan-bahan alami, Body Shop, terpacu memulai usahanya, karena minatnya yang besar di bidang perlindungan alam, terutama satwa. Sehingga ia akhirnya memiliki ide untuk membuat perusahaan kosmetik yang bahan bakunya adalah dari bahan nabati, bukan hewani (jadi tidak perlu membunuh hewan). Anita yakin, ada banyak orang yang memiliki pendapat yang sama untuk melindungi hewan dari kepunahan. Inilah peluang yang dibidiknya, dan yang ternyata memang telah terbukti merupakan bidikan yang tepat. Beberapa mantan olahragawan nasional (Susi Susanti, Elfira Nasution), mengembangkan usaha mereka di jalur yang sesuai dengan minat, hobi, dan pengalaman kerja: menjadi pelatih, membuka sekolah olah raga, dan toko peralatan olah raga.
Pengalaman. Pengalaman diri sendiri dan juga orang lain (apa yang kita alami, ataupun yang dialami oleh orang lain), selain merupakan guru yang baik, juga merupakan sumber ide bisnis yang kaya. Pengalaman, terutama yang buruk, memberikan kesan yang mendalam bagi kita, yang tidak mudah untuk dilupakan. Jika pengalaman tersebut adalah pengalaman buruk, maka tentunya kita tidak ingin pengalaman tersebut terulang lagi. Kita akan berusaha mencari jalan ”baru” untuk menghindari kesulitan dan masalah yang pernah kita alami. Jalan baru inilah yang memacu munculnya ide-ide bisnis yang brilian seperti yang dialami oleh Ralph Schneider dan King C. Gillette. Ralph Schneider mendapatkan ide untuk meluncurkan Diners Club (yang menjadi cikal bakal kartu kredit), dari pengalaman buruknya di sebuah restoran. Saat itu, ketika akan membayar makanan yang dipesan, Ralph baru sadar bahwa ia tidak punya uang tunai karena ia tidak membawa dompetnya. King C Gillette, merasa kesal karena sering terluka ketika ia bercukur di pagi hari dengan alat cukur yang berat dan tidak praktis. Dari pengalaman buruk inilah, ia mendapatkan ide untuk membuat pisau cukur yang ringan, relatif aman dan praktis (bisa dibuang setelah sekali dipakai).
Pengamatan. Selain pengalaman, pengamatan ternyata juga adalah sumber ide bisnis yang tak habis-habisnya. Dari pengamatan akan segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita, kita bisa menemukan kebutuhan-kebutuhan pasar yang belum terpenuhi, yang bisa kita jadikan peluang bisnis. Bahkan, pengamatan ini merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang wiraswastawan. Pada prinsipnya, identifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi merupakan konsep dari dari upaya membangun usaha. Dari pengamatan ini, banyak ide bisnis dan peluang bisnis yang bisa terus digali untuk dikembangkan. Dari hasil pengamatannya terhadap masyarakat sekitar pada waktu itu, Isaac Merritt Singer berhasil mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan mesin jahit untuk rumah tangga. Ide ini dituangkan menjadi peluang bisnis yang kemudian diwujudkannya dengan membuat mesin jahit yang praktis untuk digunakan di rumah (bukan di pabrik). George Eastman, juga mendapatkan ide bisnis dari hasil pengamatannya. Dulu, kamera bentuknya sangat besar, berat, harganya mahal, dan sulit dibawa ke sana-sini. Padahal banyak orang yang senang untuk difoto, dan banyak peristiwa yang perlu diabadikan. Untuk itulah, ia akhirnya memproduksi kamera yang kecil dan portable (ringan dan praktis untuk di bawa ke mana-mana.
Ingin memulai usaha sendiri? Jika ada yang bisa dimulai sekarang, mengapa harus menunggu lagi? Lebih cepat dimulai, lebih cepat pula dituai. Mulailah sekarang, mulailah dari sarana yang ada, mulailah dari diri sendiri, dan mulailah dari apa yang disenangi. Dari mana sumber ide didapat? Dari pekerjaan dan keterampilan, dari minat dan hobi, dari pengalaman, dan dari pengamatan. Ide-ide ini kemudian bisa dituangkan menjadi sebuah rencana bisnis. Selamat memulai.
Oleh: Roy Sembel, Direktur MM Finance and Investment, Universitas Bina Nusantara (www.roy-sembel.com), Sandra Sembel, Direktur Utama Edpro (Education for Professionals), edpro@cbn.net.id
Sumber: Sinar Harapan
No response to “Mengapa Harus Menunggu jika Bisa Mulai Sekarang!”
Leave a Reply