Minggu, 16 Desember 2012

Revolusi HR di Era Digital


TANPA bantuan data dan angka-angka, kita memang tidak merasakan betapa dunia ini berpacu dengan kecepatan tinggi. Saat ini, masing-masing individu di belahan bumi sudah saling terkoneksi satu sama lain, yang entah secara pribadi, maupun berkelompok telah menjadikan gelombang raksasa trafik lalu-lintas di dunia maya. Dan semua percepatan ini, dipicu oleh kehadiran social media.

Demam jejaring sosial memang ditandai dengan situs-situs web 2.0, yang memungkinkan para angotanya bisa saling terlibat dalam percakapan. Web 2.0 sendiri jelas menjadi revolusi di dunia internet, ketika sebelumnya – dalam periode yang sangat lama – orang hanya disuguhi dengan percakapan satu arah.
Diantara banyaknya situs jejaring social, tentu kita mengenal salah satunya, yakni Friendster. Situs ini berhasil mencuri perhatian saat diluncurkan pada 2002, di mana Friendster sebenarnya sudah memperkenalkan fitur-fitur untuk berbagi video, foto, pesan dan komentar dengan anggota lain melalui profil dan jaringan mereka. Tak pelak, Friendster langsung digemari di kalangan anak-anak muda.
Sayang, Friendster tak kuasa membendung arus kehadiran Facebook pada 2004, yang tampil mencolok dengan desain yang lebih fresh dan fitur-fitur yang lebih atraktif. Facebook bahkan memaksa Friendster berganti haluan, dan kabar terakhir Friendster kini lebih mengkhususkan sebagai situs permainan. Sangat berbeda desain bisnisnya ketika pertama kali ia masuk ke pasar.

Hingga saat ini Facebook memang masih meraja-lela. Bahkan jumlah membernya, jika diibaratkan sebagai sebuah negara, maka Facebook bisa menduduki posisi empat negara yang berpenduduk terbesar di dunia. Namun sekali lagi teknologi itu tak pandang bulu.
Di tengah asyik-asyiknya Facebook menjadi market leader, Twitter menyodok ke permukaan. Diluncurkan pada 2006, Twitter memberikan pengalaman beraktualisasi diri secara lebih smart. Kenapa smart? Ya, karena Twitter hanya mengijinkan Anda berbagi apapun dalam space yang sangat terbatas. Tentu saja Anda mesti berpikir dulu, apa yang bisa Anda katakan dengan 140 karakter.

Belum habis masa keemasan Facebook dan Twitter, lagi-lagi teknologi menghadirkan sejarah. Pinterest yang dikembangkan sejak Desember 2009 dan diluncurkan sebagai beta tertutup pada Maret 2010, yang hingga saat ini hanya menerima pendaftaran melalui invitation, berhasil tampil sebagai primadona baru.
Diantara situs jejaring sosial tersebut, pendatang lama yang tetap eksis dan justru makin berkibar, tentu saja adalah LinkedIn. Muncul pertama kali pada 2002, awal 2012 ini, LinkedIn baru saja mengumumkan kalau jumlah member globalnya sudah mencapai 150 juta professional. Di mana, 1 juta lebih dari member tersebut berasal dari Indonesia.

Kenapa social media ini mencari topik menarik untuk diperbincangkan, ini tak lain bahwa trend HR ke depan memang identik dengan adopsi teknologi terbaru dan harus mendekatkan dengan user yang makin techie. Tentu bukan rahasia lagi kalau Facebook, yang didalamnya ada salah satu aplikasi bernama BranchOut, kemudian Twitter, dan LinkedIn adalah tools hebat dalam menjaring kandidat terbaik di pasar.
Bahkan, khusus LinkedIn, tentu tidak ada yang menyangkal bahwa ia adalah salah satu tools terbaik untuk rekrutmen. Tak heran jika banyak perusahaan besar maupun skala UKM yang menggunakan situs seperti LinkedIn untuk mencapai klien yang potensial. LinkedIn bisa bertindak sebagai website fungsional untuk mengaitkan orang dengan bisnis yang dimilikinya.

Efektivitas LinkedIn terukur dari hasi sebuah survey yang menegaskan bahwa sekitar 76,9% dari penggunanya menyebut terbantukan ketika mereka melakukan penelitian di berbagai perusahaan. Sebanyak 68,8% mengatakan LinkedIn membantu mereka berhubungan kembali dengan rekan bisnisnya yang dulu, dan 49,7% mengatakan LinkedIn telah berhasil membangun hubungan jaringan baru dan dapat mempengaruhi pelanggan potensial.

Data yang ditulis di Mashable.com berikut ini memang mengejutkan, dan ini hanya snapshop betapa dunia sedang berubah sangat cepat. Bahwa dalam setiap 60 detik, telah terjadi banyak hal di belahan bumi ini, diantara:

700.000 message sent yang beredar di Facebook
20,000 new posts on Tumblr
175.000 kicauan di Twitter
12,000 new ads on Craigslist
1.090 visitors di Pinterest
1500+ blog posts
600 new videos (25+ hours worth) on YouTube

Lantas pertanyaannya, apakah data-data ini berkaitan dengan HR sehingga orang HR harus aware? Bisa jadi jawabannya adalah tidak langsung. Namun bagaimana kalau ternyata ada 1 atau lebih karyawan Anda adalah termasuk bagian dari data-data tersebut di atas? Anda yang memutuskan.

( Sumber: Dikelolah dari berbagai Sumber ) 

No response to “Revolusi HR di Era Digital”

Leave a Reply