Senin, 18 Februari 2013

Budidaya Rosella Merah


Selama ini, kita lebih mengenal produk olahan bunga rosela dalam bentuk teh. Tapi, di tangan Uun Unerie, rosela diolah menjadi sirup, manisan, dan minuman sari buah. Permintaan pasar terus mengalir.
Kini, Uun telah memasarkan produknya ke sejumlah kota dan omzetnya bisa belasan juta rupiah per bulan.

Anda pasti sudah mafhum bahwa bunga rosela memiliki banyak manfaat. Banyak orang mengonsumsi rosela untuk menurunkan tekanan darah, membasmi cacing, melancarkan air seni, antiseptik, antiradang, menurunkan panas, hingga meluruhkan dahak. Pengusaha pun berlomba mencari celah untuk mengolah tanaman ini menjadi produk yang laku dijual.

Salah satu olahan rosela yang paling menjamur adalah dalam bentuk teh. Tapi belakangan, muncul kreasi lain. Uun Unerie, misalnya, memasarkan rosela dalam bentuk sirup, manisan, dan minuman sari buah. "Saya ingin membuat sesuata yang belum banyak dilakukan orang," dalihnya.

Uun mengawali bisnisnya sejak 2007, di bawah bendera Agro Mitra Abadi. la memakai merek dagang Essa, yang merupakan nama salah satu anaknya. Ketika itu, modal awalnya hanya Rp 1 juta.

Selain ingin meningkatkan nilai jual rosela, alasan Uun nyemplung di bisnis yang sedang naik daun ini lantaran pasokan rosela di daerahnya, yakni Cirebon, sangat melimpah. la lantas membuat berbagai olahan bunga rosela. "Saya coba-coba dan saya konsumsi ternyata enak, maka saya pasarkan," kata perempuan 34 tahun ini.

Uun mengemas produk olahan roselanya dalam aneka ukuran. Ia membuat kemasan sirup dalam ukuran 700 mililiter (ml) botol kaca dan 250 ml botol plastik. Harga sirup yang besar Rp 12.500, sedangkan yang berukuran kecil Rp 6.000.

Uun juga mengemas manisan menjadi dua. Pertama, kemasan 125 gram (gr) dengan harga Rp 5.000 per kemasan dan dalam bentuk kemasan toples plastik 150 gr seharga Rp 7.000. Sementara, khusus minuman sari buah, ia hanya menyediakan satu kemasan ukuran 150 ml dengan wadah botol kaca. Harganya Rp 2.500 sebotol atau Rp 25.000 per satu karton berisi 10.

Meski sudah berkreasi dengan aneka olahan rosela, bukan berarti Uun tak menyentuh pasar teh rosela. Dengan alasan untuk memenuhi permintaan pasar, perempuan kelahiran 27 Oktober ini juga membuat teh dalam dua bentuk. Bentuk kelopak utuh dikemas dalam dua ukuran, yakni 100 gr seharga Rp 10.000, dan kemasan 35 gr seharga Rp 5.000. Sementara, harga teh yang sudah siap seduh di dalam wadah toples 100 gr adalah Rp 12.500.

Uum masih mengerjakan semua proses pembuatan olahan rosela dengan peralatan sederhana. Pekerjanya hanya tiga orang. Namun, jangan tanya jumlah agen penjualnya. "Total agen saya ada 35," akunya.

Dengan agen penjualan sebanyak itu, produk Uun bisa menjelajah sampai jauh ke luar Cirebon. Meski 90 persen pasar Uni masih di daerah Cirebon, Indramayu, dan Kuningan, toh produknya juga sampai ke Bandung, Purwakarta, dan Jakarta. Selain lewat agen, produknya juga dipasarkan ke sejumlah toko oleh-oleh. "Saya pakai sistem konsinyasi," katanya.

Hasil coba-coba Uun menuai hasil manis. Per bulan, ribuan produknya laku terjual. Sirup dan teh masing masing bisa terjual sampai 1.000 kemasan. Sedangkan manisan rosela mampu terjual antara 600 sampai 700 kemasan. Minuman sari rosela terjual paling banyak, yakni sampai 3.000 botol.

Dengan volume penjualan seperti itu, dalam sebulan rata-rata Uun mampu meraup omzet sekitar Rp 16 juta. Dari pendapatan kotor sebesar itu, ia mampu mencuil laba bersih sekitar 20 persen.

Meski fulus sudah mengalir dari bisnis aneka olahan rosela bikinannya, isteri Heri Supriyanto ini mengaku tak akan berhenti melakukan inovasi. la mempunyai rencana mengerakan minuman sari rosela dalam bentuk usaha kaki lima di mal. "Seperti apa yang dilakukan Teh Tong Dji," katanya berangan-angan. (Anastasia Lilin Yuliantina/Kontan)

No response to “Budidaya Rosella Merah”

Leave a Reply