Kamis, 22 November 2012

Budidaya Jagung Manis

Budidaya Jagung Manis

Budidaya jagung manis
Pertama yang di lakukan dalam budidaya jagung manis adalah mengolah lahan, lahan yang akan ditanami jagung manis harus bebas dari tanaman sejenis varietas lain (isolasi), untuk menjamin kemurnian benih jagung manis yang akan dihasilkan nanti. Ada dua cara untuk Isolasi , yaitu isolasi waktu yang berhubungan pada saat tanam dengan tanam jagung varietas lain yaitu sekitar 30 hari, dan isolasi jarak tanam, yang berhubungan jarak tanam minimal dengan lokasi tanaman jagung varietas lain yaitu sekitar 400 m.

Pengolahan Tanah Budidaya Jagung Manis

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tertinggi peluang usaha budidaya  jagung manis diperoleh lewat pengolahan tanah yang baik dan benar, yakni dengan cara dibajak dan digaru. Dengan pengolahan tanah akan diperoleh media yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan akar, mengurangi keberadaan gulma serta memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah. Untuk tiap 4 meter perlu dibuatkan got yang berfungsi sebagai jalur irigasi dan drainase. Kegiatan ini dilakukan minimal 15 hari sebelum tanam.

Akan tetapi penanaman jagung manis tanpa olah tanah (TOT) juga bisa dilakukan untuk mengejar waktu tanam. Dengan catatan kebersihan lahan harus tetap dijaga untuk mengurangi serangan hama atau penyakit sisa dari tanaman yang lalu.

Kebutuhan Benih Budidaya Jagung Manis


Benih yang digunakan ada dua macam yaitu benih tanaman jantan yang nantinya akan dimanfaatkan serbuk sarinya, dan benih tanaman betina yang akan dimanfaatkan tongkol untuk benih. Kebutuhan benih jantan adalah 3 kg/ha, sedangkan benih betina sebanyak 9 kg/ha.

Penanaman Budidaya Jagung Manis

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanaman adalah split tanam antara jantan dan betina, perbandingan populasi jantan :betina, jarak tanam, penugalan dan jumlah benih perlubang.

Pemisahan waktu tanam dimana benih jantan ditanam lebih dahulu dan diberi tanda patok berbendera, baru 6 hari kemudian benih betina ditanam.
Perbandingan populasi jantan dengan betina adalah 1 : 4.
Jarak tanam antar betina adalah 75 x 25 cm, dan jarak baris betina dengan baris jantan adalah 50 cm.
Lahan ditugal dengan kedalaman 5 cm, kemudian benih dimasukkan satu benih perlubang dan ditutup lagi dengan abu atau sekam.

Pemeliharaan Budidaya Jagung Manis


Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan pengairan, dangir dan bumbun, mencabut tanaman tipe simpang (roguing), serta pengendalian hama dan penyakit.

1.Pemupukan Budidaya Jagung Manis

Pupuk yang digunakan dalam Budidaya Jagung Manis adalah pupuk campuran antara ZA : SP-36 : KCl dengan perbandingan dosis perhektar adalah 280 : 210 : 35. pemupukan pupuk campuran ini dilakukan dalam tiga aplikasi berturut-turut adalah :
Umur 0 hari setelah tanam dengan dosis ZA : SP-36 : KCl adalah 70 : 140 : 35 yang diaplikasi dengan tugal pada jarak 5 cm dari lubang dan ditutup lagi.
Umur 15 hari setelah tanam dengan dosis ZA : SP-36 adalah 70 : 70 yang diaplikasikan dengan cara tugal 10 cm dari lubang tanam dan ditutup lagi.
Umur 45 hari setelah tanam dengan dosis ZA sebanyak 140 kg yang diaplikasikan dengan digejik pada jarak 10 cm dari lubang tanam dan ditutup lagi.

2. Pengairan Budidaya Jagung Manis

Tiga hari sebelum di tanam lahan Budidaya Jagung Manis perlu diairi untuk menciptakan kondisi tanah yang lembab dan hangat, sehingga akan mempercepat terjadinya kecambah benih serta ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pengairan diberikan sesuai dengan kebutuhan, penting dijaga supaya tanaman tidak kekurangan atau kelebihan air. Pengairan diberikan setiap kali selesai pemupukan. Jadwal pengairan yang dianjurkan adalah -3, 15, 30, 45 dan seterusnya setiap 15 hari.

3. Dangir dan Bumbun Budidaya Jagung Manis

Pendangiran adalah usaha untuk mengurangi adamya gulma di areal tanaman, yang berpotensi sebagai kompetitor bagi tanaman jagung. Dangir dilakukan sebelum perlakuan pemupukan yaitu pada umur 21 dan 28 hari setelah tanam. Sedangkan membumbun adalah usaha agar memperbaiki sirkulasi udara dan membantu pertumbuhan akar tanaman.

4. Cabut Bunga (Detaseling)

Cabut bunga adalah mencabut bunga jantan tanaman betina saat tanaman berumur antara 40-50 hari setelah tanam. Pekerjaan ini dilakukan pada pagi hari mulai pukul 06.00 wib sampai selesai dan diulangi lagi sebanyak 7-10 hari sampai benar-benar tidak ada lagi bunga jantan di tanaman betina. Syarat yang harus diperhatikan adalah jangan membiarkan kuncup bunga jantan sampai mekar dan pollen sudah pecah, karena akan mengakibatkan self pollinations. Standart kelulusan cabut bunga (detaseling) adalah 2.

5. Babat Jantan

Pohon jagung jantan harus dibabat untuk menjaga kerahasiaan perusahaan bila proses serbuk silang sudah selesai dan untuk menghindari tercampurnya tongkol jantan pada saat panen. Hal ini dapat dilihat dengan adanya ciri-ciri rambut pada tongkol jagung sudah kering dan berwarna kecoklatan. Babat jantan dilakukan pada umur 65 hari setelah tanam.

6. Rouguing


Rouguing adalah kegiatan membuang tanaman yang bersifat menyimpang dari tanaman yang diharapkan atau tanaman jelek. Ini dapat dilihat dengan ciri sebagai berikut : penampilan yang terlalu subur dengan daun yang lebar, warna pada pangkal batang yang merah, dan warna bunga yang merah. Kegiatan ini dilakukan baik pada tanaman jantan maupun betina, dan berfungsi untuk menjaga kemurnian induk sebagai penghasil benih, Rouguing dilakukan setiap minggu.

Hama dan Penyakit Pada Budidaya Jagung Manis


Hama dan pengendaliannya

1. Lalat bibit (Atherigona exigua S.)

Gejala serangan hama lalat bibit pada saat tanaman berumur 7 – 14 hari setelah tanam dengan gejala daun berubah menjadi kekuning-kuningan, disekitar gigitan atau bagian yang diserang mengalami pembusukan, pada akhirnya pohon jagung akan  layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati.
Ciri-ciri lalat bibit adalah warna lalat abu-abu dan warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, panjang lalat 3 – 3,5 mm.
Pengendalian hama ini adalah dengan penanaman serentak dan menerapkan pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup, terutama setelah selesai panen jagung. Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang, menjaga kebersihan lahan dari gulma, serta mengendalikan dengan semprot pestisida menggunakan Dursban 20 EC, Hostation 40 EC, Marshal 25 ST dengan dosis sesuai anjuran.

2. Ulat pemotong dan penggerek tongkol

Contoh ulat pemotong adalah Agrotis sp., Spodoptera litura.
Contoh ulat penggerek adalah Ostrinia furnacalis.
Contoh ulat penggerek tongkol adalah Helicoverpa armigera.
Gejala serangan Ulat pemotong dan penggerek tongkol ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batang, adanya tanaman muda yang roboh.
Pengendalian hama-hama tersebut adalah dengan tanam secara seremmpak pada areal yang luas, mencari dan membunuh secara manual, serta melakukan semprot dengan insektisida dengan dosis sesuai anjuran.

2. Penyakit dan pengendaliannya

1. Penyakit bulai (Downy mildew)

Tanaman jagung yang terserang penyakit bulai disebabkan oleh cendawa peronosporta maydis yang berkembang pesat pada suhu udara 27 derajat ke atas serta dalam keadaan udara yang lembab. Gejala serangan penyakit gulai adalah pada tanaman umur 2 – 3 minggu, daun runcing dan kaku, pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun kuning dan terdapat spora berwarna putih pada sisi bawah daun.

2. Penyakit bercak daun

Tanaman jagung yang terserang penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur Helminthosporium sp, dengan gejala adanya bercak memanjang berwarna kuning dikelilingi warna kecoklatan. Pertama, bercak tampak basah kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningan, dan akhirnya menjadi coklat tua.
Pengendalian dengan cara pergiliran tanaman serta dengan menyemprot bahan kimia seperti Daconil dan Difolatan.

3. Penyakit gosong bengkak

Penyakit gosong bengkak disebabkan jamur Ustilago sp. yang menyerang biji, sehingga menyebabkan pembengkakan yang mengakibatkan pembungkus jagung menjadi rusak.
Pengendalian Penyakit gosong bengkak dengan cara mengatur irigasi dan drainase, memotong bagian yang terserang dan dibakar, serta menggunakan benih yang sudah dicampur dengan fungisida misalnya Saromyl.

4. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji

Penyakit busuk tongkol dan busuk biji di sebabkan oleh jamur Fusarium atau Giberella zeae. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji baru dapat diketahui setelah klobot dibuka. Biji-biji yang terserang berwarna merah jambu atau merah kecoklatan yang akan berubah warna menjadi coklat sawo matang.

Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Budidaya Jagung Manis adalah dengan menggunakan benih varietas unggul, pergiliran tanaman, seed treatment, serta melakukan penyemprotan dengan bahan aktif Mancozep bila ada tanda tanda serangan.

Panen Budidaya Jagung Manis

Panen Budidaya Jagung Manis dilakukan sekitar umur 95-100 hari setelah tanam, dimana pada saat tersebut, tongkol jagung sudah dikatakan masak secara fisiologis dengan ciri-ciri daun dan kelobot sudah mengering atau menguning, bila kelobot dibuka biji sudah tampak kisut 100%, serta ada black layer pada daerah titik tumbuh.

Panen dan paska panen budidaya jagung dapat dilakukan sebagai berikut :

Kelobot pembungkus tongkol dikupas dengan cara disobek dengan tangan.
Seleksi tongkol dengan cara dipisahkan antara tongkol normal dengan yang masih muda serta busuk. tongkol yang muda dipisahkan untuk kemudian dijemur dahulu. Sedangkan yang busuk dibuang dan tidak perlu dikirim ke pabrik. Tongkol-tongkol normal dimasukkan ke dalam karung karung yang sudah disiapkan, untuk kemudian ditimbang dan dikirim ke pabrik.

No response to “Budidaya Jagung Manis”

Leave a Reply