Retno Kintoko memulai usaha budidaya ikan patin dengan pertimbangan mencari usaha sampingan. Selain itu sebagai sarana refreshing setelah disibukkan dengan aktivitas kerja di Jakarta. la pun tertarik dengan tawaran teman yang mengajak kerja sama dalam usaha budidaya ikan patin.
Lulusan Fakultas Sosial Politik UGM ini semula mempercayakan usaha budidaya ikan patin pada teman sekaligus partner yang sudah berpengalaman di bidang budiaya ikan. la hanya membiayai seluruh keperluan yang dibutuhkan dalam budidaya ikan patin.
Modal awal yang dikeluarkan Retno untuk memulai usaha budidaya ikan patin sekitar Rp 60 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli tanah, akuarium berikut perlengkapannya serta benih/larva patin jenis Pasopati ukuran 1-2 inci sebanyak 150 ribu ekor yang dibeli di Balai Perikanan Subang Jawa Barat.
Selain itu Retno juga mngeluarkan biaya pembuatan kolam tanah dan hatchery (khusus kolam pembibitan yang terbuat dari semen) berikut perlengkapan lainnya. Kini Retno telah memiliki 30 unit kolam (12 kolam baik pembibitan dan sisanya kolam pembesaran) milik sendiri berada di Subang, Jawa Barat dengan luas rata-rata kolam sekitar 260 m2.
Awalnya Retno membudidaya ikan patin konsumsi kemudian ia mulai membudidayakan ikan patin hias jenis Albino. Benih/larva patin yang digunakan Retno merupakan patin jenis Pasopati (patin jenis konsumsi) yang ia budidayakan sendiri.
Menurut Retno, prospek budidaya ikan patin sangat menjanjikan karena pasokan ikan patin belum bisa memenuhi besarnya permintaan, sehingga ia sering kewalahan. Patin Hias Albino juga semakin banyak permintaan dengan harga cukup tinggi dibanding harga patin biasa.
Hingga saat ini menurut Retno, usaha pembenihan/pembesaran ikan patin tidak terlalu ketat persaingannya, terutama patin hias yang masih sangat sedikit pelakunya. Hal tersebut terlihat dari jumlah pemain besar yang terbilang sedikit. Persaingan ia hadapi dengan menawarkan kualitas ikan patin yang baik, sehat, ukuran sesuai permintaan, pelayanan ramah dan pengiriman cepat serta tepat waktu.
Selain informasi dari mulut ke mulut, Retno juga memanfaatkan media online guna memperluas pemasaran ikan patinnya.
Retno juga berhasil melobi pihak restoran dan supermarket di Jakarta Barat untuk ikan patin konsumsi. Sedangkan untuk ikan patin anakan (benih/larva) baik hias atau patin biasa telah dipasarkan kepada pelaku usaha pembesaran yang tersebar di seluruh Nusantara kecuali Papua.
No response to “Sukses Dari Bibit Patin”
Leave a Reply