Meskipun termasuk ikan yang tidak terlalu membutuhkan air yang jernih, bukan berarti ikan gurami tahan terhadap serangan hama pengganggu ataupun yang lainnya. Pembudidaya ikan gurami tak jarang mengalami kendala dalam memelihara gurami dengan adanya serangan jamur putih yang bisa mengakibatkan kematian ikan.
Feri, salah seorang pemilik penangkaran bibit ikan gurami di UD Parna Jalan Medan – Tanjungmorawa KM 10,5 Medan, mengatakan, jamur putih merupakan musuh utama ikan gurami utamanya ketika usia ikan masih muda.
“Jika dalam pemeliharaan menemukan ikan gurami yang sisiknya terdapat bintik atau semacam kapur, sebaiknya ikan tersebut segera dipisahkan dari lainnya. Kalau tidak, dalam waktu singkat ikan lainnya akan mengalami hal serupa,” katanya sambil menunjukkan contoh ikan yang mati mengapung, Minggu (10/2).
Memang kata dia, awalnya ikan tampak biasa, tapi lama-kelamaan ikan tersebut akan lemas, mengapung kemudian mati secara perlahan. Menurutnya, dalam memeliharan ikan gurami, yang paling penting adalah menjaga kebersihan air dengan melakukan penggantian air kolam secara berkala misalnya seminggu atau dua minggu sekali tergantung kebutuhan.
“Di sini biarpun tidak melakukan pembesaran ikan tapi secara rutin kami melakukan pembersihan kolam, kami menjaga agar tidak ada penyakit ataupun jamur yang muncul,” katanya.
Pengalamannya selama merawat bibit ikan gurami, dua tahun yang lalu ia pernah mengalami kerugian hingga jutaan rupiah hanya gara-gara kekurang telitian dalam melakukan perawatan bibit yang baru datang dari Padang.
Beberapa ekor dari bibit ikan tersebut terserang jamur namun tidak dipisahkan dari ikan yang masih sehat. “Tak sampai seminggu, ribuan bibit ikan saya mati. Pengalaman itu, membuat saya lebih telaten dalam merawat bibit ikan gurami,” akunya.
Dikatakannya, jamur putih hingga kini tetap muncul namun masih bisa dikendalikan sehingga ikan-ikan yang sehat terselamatkan. Jika menemukan beberapa ekor ikan terserang jamur putih, ia langsung memberinya obat OTC. Obat tersebut berupa bubuk halus berwarna kuning.
Selain untuk menyembuhkan ikan yang terkena jamur putih, obat tersebut juga dapat ditaburkan ke dalam kolam yang ikannyaa masih sehat sebagai pencegah munculnya jamur.
Dikatakannya setelah kolam ditaburinya dengan obat tersebut, ikan yang tadinya lemas karena jamur berangsur pulih dan bintik putih di sisiknya menghilang. “Yang namanya bisnis, kita harus bisa belajar dari pengalaman. Jangan sampai terulang lagi,” tambahnya.
Ribuan bibit ikan air tawar yang dikembangkannya dibuat dalam kolam. Sekitar 10 kolam ukuran 2×3 meter hampir seluruhnya berisi air yang didalamnya terdapat bibit ikan mulai dari ikan emas, ikan nila, dan ikan lele, yang dibuat secara terpisah. Sementara bibit ikan gurami berada di kolam paling belakang.
Dikatakannya, sampai saat ini dirinya masih memesan bibit dari luar karena belum berkeinginan untuk melakukan pembibitan sendiri. Menurutnya mendatangkan bibit dari luar masih cukup menguntugkan sehingga untuk membibitkan sendiri belum menjadi pilihan yang harus dilakukan, minimal untuk saat ini.
Karena bibit ikan tersebut didatangkan dari luar daerah, mau tak mau ia dengan beberapa saudara dan rekannya sangat menjaga bibit ikan yang dijualnya tersebut tidak terserang penyakit ataupun jamur putih sehingga pelanggannya tidak kecewa setelah mengambil bibit dari kolamnya.
Permukaan kolam yang diberi ijuk dengan pembatas ruas bambu diyakini menjadi tempat baik untuk proses pemijahan ikan gurami yang sudah berumur tiga tahun. Ikan air tawar ini dapat membuat sarangnya dengan nyaman.
Menurut Ketua Kelompok Pembudidaya Gurami ‘Langgeng Mulya’ asal Minggir Sleman, Rohani, ijuk-ijuk tersebut akan diambili gurami untuk membuat sarang. Namun, bisa diganti dengan rumput kering meski ada risiko telur gurami cepat busuk. “Sarang gurami dari ijuk akan dibuat membulat. Ketika sudah bertelur, sarang kelihatan menutup atau tak ada lubangnya,” jelas Rohani, Selasa (29/01/2013).
Sarang yang sudah menutup, kata Rohani bisa diambil dan telur dapat ditetaskan di ember ukuran besar. Ada juga yang langsung menjual telur gurami ini dengan harga Rp40 per butirnya. Padahal setiap indukan betina mampu menghasilkan sampai enam ribu telur.
“Setelah telur menetas anakan umur 12 hari dapat dipindah ke kolam pembesaran. Makanannya masih cacing sutera sampai anakan gurami umur satu bulan. Anakan gurami lebih dari satu bulan sudah bisa diberi pelet maupun irisan dedaunan seperti daun kelor dan pepaya,” imbuhnya.
“Setelah telur menetas anakan umur 12 hari dapat dipindah ke kolam pembesaran. Makanannya masih cacing sutera sampai anakan gurami umur satu bulan. Anakan gurami lebih dari satu bulan sudah bisa diberi pelet maupun irisan dedaunan seperti daun kelor dan pepaya,” imbuhnya.
Dia menambahkan bibit gurami berumur satu bulan sudah bisa dipasarkan dengan harga Rp250 per ekor dan bila mencapai ukuran jempol tangan orang dewasa menjadi Rp500 per ekornya. Bibit selain dijual-belikan, dapat dijuga dibesarkan sendiri untuk dijadikan gurami ukuran konsumsi.
Harga ikan gurami di tingkat pembudidaya Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kenaikan hingga 50 persen yang disebabkan tingginya jumlah permintaan, kata anggota Forum Silaturahmi Pokdakan, Suhardi.
“Harga gurami di tingkat pembudidaya mencapai Rp36.000 hingga Rp38.000 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp22.000 hingga Rp24.000 per kg. Untuk gurami dengan berat di atas 500 gram, kami menjualnya Rp38.000 per kg. Harga ini, di tingkat pedagang kembali mengalami kenaikan di atas Rp40.000 per kg,” kata Suhardi, Kamis.
Kata dia, kenaikan harga gurami disebabkan oleh tingginya harga benih yang awalnya Rp700 per ekor naik menjadi Rp1.100 per ekor. Kenaikan juga disebabkan oleh tingginya permintaan dari luar Kulon Progo, tetapi kemampuan produksi masyarakat masih rendah.
“Kenaikan ini sudah terjadi sejak empat bulan terakhir. Harga gurami diprediksikan akan terus meeningkat seiring tingginya tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat, khususnya gurami,” katanya.
Sementara itu kemampuan produksi lele pembudidaya di Kulon Progo, kata Suhardi, baru mencapai dua hingga dua ton per bulan. Padahal, permintaan gurami per bulannya di atas empat ton.
“Memelihara gurami itu membutuhkan waktu cukup lama, di atas enam bulan, Beda dengan lele, hanya membutuhkan waktu paling lama tiga bulan sudah dapat dipanen. Sehingga, produksi gurami sangat lambat,” katanya.
Sementara, kemampuan produksi lele di tingkat pembudidaya, kata Suhardi, mencapai 1,5 kuintal per hari atau sekitar 45 kuintal per bulan. Hasil produksi itu, baru satu kelompok yakni Forum Silaturahim Pokdakan (FSP) Kulon Progo, belum termasuk pembudidaya mandiri lainnya.
Sementara, kebutuhan lele di tingkat DI Yogyakarta, rata-rata mencapai delapan kuintal per hari, yang sebagian dipenuhi dari Kabupaten Bantul dan Sleman.
“Harga lele di tingkat pemudidaya Kulon Progo stabil yakni Rp12.200 hingga Rp12.500 per kilogram. Meski ada kenaikan permintaan, harga ikan tetap tidak mengalami kenaikan. Hal ini, dilakukan untuk menjaga stabilitas harga pasar,” kata dia.
Dia mengatakan, harga pakan ikan mengalami kenaikan, sekitar Rp3.000 per kantong. Pakan ikan dengan berat 30 kg dari Rp235.000 naik menjadi Rp 238.000. Sehingga, pembudidaya hanya mendapatkan keuntungan yang kurang maksimal.
“Meski keuntungan sedikit, kami terus tetap bertahan. Kami tetap optomis, permintaan lele akan naik sehingga pendapatan kami juga akan naik,” kata dia.
Ketua Forum Silaturahim Kelompok Pemudidaya ikan (Pokdakan) Kulon Progo, Agung Mabruri mengatakan, FS Pokdakan Kulon Progo melakukan uji coba penerapan sistem probiotik supaya pakan yang digunakan mengalami penurunan hingga 50 persen tetapi tidak tidak menyebabkan berat produksi lele mengalami penurunan.
“Kami sudah melakukan uji coba dua kali dengan sistem probiotik. Uji coba pertama gagal total, uji coba kedua cukup berhasil. Untuk lebih berhasil, rencananya kami akan melakukan studi banding ke Jombang, Jawa Timur yang telah mengembangkan probiotik,” kata dia.
Bisnis di bidang perikanan di DIY saat ini dianggap potensial. Apalagi pemerintah terus menggalakan kampanye konsumsi ikan.
Sebagian warga Dusun Sarengan, Srigading, Sanden, Bantul telah merasakan manfaat dari usaha perikanan khususnya jenis Gurami.
Sebagian warga Dusun Sarengan, Srigading, Sanden, Bantul telah merasakan manfaat dari usaha perikanan khususnya jenis Gurami.
Sumarno, salah satu peternak ikan setempat, Senin (28/5) mengungkapkan, potensi usaha perikanan jauh lebih besar dibanding kegiatan ekonomi konvensional seperti bercocok tanam padi yang menjadi mata pencaharian sebagian besar warga Jogja. Padahal proses beternak ikan gurami menurutnya sangat mudah tak serepot menanam padi.
Sumarno mengaku saat memulai usaha peternakan ikan gurami mengeluarkan modal hingga Rp8,5 juta. Sekitar Rp500.000 di antaranya digunakan untuk menyewa dua bidang lahan untuk kolam ikan selama setahun. Satu kolamnya seluas 12×24 meter persegi.
Sisanya digunaan untuk membeli pakan ikan 30 sak, perawatan kolam serta bibit sebanyak 3.000 ekor. Satu ekor bibit ikan gurami senilai Rp1.000 sementara sisanya untuk biaya panen.
Di luar itu, peternak juga harus menyiapkan dedaunan hijau untuk pakan ikan menyelingi pakan ternak buatan. Ikan gurami butuh pakan hijau yang bisa diperoleh dengan mudah di sekitar pekarangan atau sawah.
Sumarno mengakui, keuntungan bersih yang ia dapat selama setahun beternak ikan mencapai Rp22 juta lebih dengan catatan harga ikan belum mencapai Rp30.000 per kilogram.
“Lama beternak sampai panen itu sekitar 12 bulan. Bagi saja per bulan dari keuntungan, rata-rata satu bulan Rp2 juta-an. Jauh sekali hasilnya dibanding bertanam padi. Padahal mudah sekali. Sehari paling cuma ngasi sekali makan ikan,” katanya. (harjo)
Kabupaten Tulungagung Jawa Timur dikenal sebagai salah satu sentra budidaya gurami di Indonesia. Di Tulungagung, budidaya gurami dilakukan secara besar-besaran dan terakhir tercatat ada lebih dari 20.000 petani yang membudidayakan gurami.
Sentra budidaya gurami Tulungagung berada di Tulungagung bagian timur yang meliputi kecamatan Sumbergempol, Rejotangan, Kalidawir, Ngunut, Ngantru, Kedungware, Boyolangu dan terus merembet ke wilayah lainnya.
Gurami menjadi salah satu pilihan utama para pembudidaya ikan di Tulungagung mengingat pangsa pasar gurami yang jelas, terus tumbuh dan berkesinambungan. Selain itu harga gurami yang cukup stabil juga menjadi sebab mengapa gurami menjadi primadona budidaya ikan Tulungagung.
Karena mampu memproduksi gurami konsumsi dalam jumlah besar, banyak daerah lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta dan sebagian wilayah Sumatra yang ‘mengimpor’ gurami dari Tulungagung.
Ikan Gurami Tulungagung sangat disukai konsumen karena kualitas dagingnya yang baik dan tidak bau tanah. ‘Rahasia’ gurami bebas bau tanah ini adalah kolam semen dan kolam terpal. Hampir 90 % pembudidaya gurami Tulungagung menggunakan kolam permanen (semen) atau kolam terpal.
Selain kolam permanen dan kolam terpal, ada juga sebagian kecil pembudidaya gurami Tulungagung yang menggunakan kolam tanah. Untuk menghilangkan bau tanah, biasanya para pembudidaya gurami Tulungagung melakukan proses pemberokan selama 1 bulan.
Pemberokan gurami tersebut dilakukan dengan cara memindahkan gurami ke kolam permanen dan hanya diberi pakan daun-daunan saja. Selanjutnya gurami bisa dipanen untuk kemudian di pasarkan.
Menurut pengalaman pembudidaya Tulungagung, keuntungan budidaya gurami cukup menjanjikan dengan kisaran profit margin sekitar 50%. Bahkan pada saat harga gurami mencapai puncaknya dan kendala kematian kecil, keuntungan budidaya gurami bisa mencapai 100% dari modal yang dikeluarkan. Keuntungan yang cukup fantastis bukan ? Tertarik mencoba budidaya gurami ?
Ikan gurami soang merupakan salah satu jenis gurami yang saat ini sedang populer. Kelebihan gurami soang ini dapat dipanen dalam waktu sembilan bulan. Lebih cepat dari gurami biasa yang budidayanya mencapai setahun.
Ikan gurami merupakan jenis ikan air tawar unggul dan paling banyak peminatnya. Tingginya permintaan gurami membuat usaha budidaya ikan gurami menjanjikan keuntungan lumayan besar. Sayangnya, masa panen gurami tergolong lama.
Untuk mencapai ukuran sesuai permintaan pasar dengan bobot 500 gram, diperlukan masa budidaya sekitar setahun. Tapi, untungnya ada jenis gurami yang bisa panen lebih cepat. Yakni, gurami soang.
Hanya dalam waktu sembilan bulan, bobot gurami soang bisa mencapai 500 gram, sehingga sudah bisa dilempar ke pasar. Karena kelebihannya itu, banyak orang tertarik membudidayakan gurami soang.
Taufik Rahmat, salah seorang pembudidaya gurami soang dari Solo, Jawa Tengah bilang, kondisi fisik gurami soang tidak berbeda dengan ikan gurami biasa yang selama ini banyak dibudidayakan di Indonesia.
Hanya, warna hitam pada gurami soang tidak terlalu dominan. “Jadi terlihat lebih mengkilap,” katanya. Ia sudah membudidayakan gurami soang sejak 2005 di bawah bendera usaha PT Satu Karya Community.
Menurutnya, permintaan gurami soang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. “Peminatnya adalah restoran, hotel, dan rumah makan tradisional,” katanya.
Harga jual ikan ini mencapai Rp 30.000 per kilogram (kg). Setiap 1 kg terdiri dari dua ekor dengan bobot masing-masing 500 gram. Namun, bila dijual langsung di kolam harganya hanya Rp 22.500 per kg.
Saat ini, Taufik memiliki sekitar 10 kolam budidaya gurami soang. Setiap kolam berukuran 5 x 5 meter. Dengan kolam seluas itu, ia dapat memanen 400 ekor gurami dengan bobot mencapai 800 kg.
Setiap bulan, ia rutin memanen tiga kolam dengan omzet sekitar Rp 27 juta-Rp 30 juta. Adapun laba bersihnya sekitar 20%-25% dari omzet. Selain di Solo, hasil panennya juga dipasarkan ke Tulung Agung, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang.
Pembudidaya lainnya adalah Yusuf Arifin di Yogyakarta. Budidaya ikan ini ditekuni sejak 2009 di bawah bendera Ikano Fish Farming. Selain ukuran siap konsumsi, ia juga menjual bibit gurami soang.
Menurut Yusuf, budidaya benih ikan ini juga menjanjikan. Benih ikan ini dijual Rp 100-1.300 per ekor, tergantung ukuran. Setiap bulan, ia menjual benih gurami soang sebanyak 30.000-60.000 ekor. Sementara gurami besar dengan bobot 800 gram per ekor, bisa terjual hingga 800 kg per bulan. Dengan 8 kolam, ia mendapat omzet Rp 15 juta-Rp 25 juta per bulan.
Instalasi pembuatan pelet ikan gurami bantuan pemerintah dibiarkan mangkrak oleh Jumadi seorang pembudidaya Gurami di Bantul Yogyakarta. Padahal tujuan awal pemberian alat pembuat pelet tersebut untuk membuat pakan murah bagi kelompok budidaya gurami Mina Usaha Kecamatan Sanden, Bantul, Yogyakarta.
Selain kerusakan mesin, alasan Jumadi tidak menggunakan instalasi pembuatan pelet tersebut karena harga bahan baku pelet di wilayahnya sudah tidak terjangkau petani. Itulah sebabnya Jumadi kemudian beralih menggunakan probiotik untuk menghemat pakan buatan pabrik.
Jumadi yang biasa memberikan pakan komersial untuk gurami mendapat hasil yang mengejutkan setelah mengaplikasikan probiotik. Dengan menggunakan probiotik Jumadi mengaku bisa menekan penggunaan pakan komersial hingga 1 kg untuk menghasilkan 1 kg gurami.
Selain itu pemeliharaan gurami dari benih yang baru menetas hingga mencapai bobot 600-700 gram/ekor hanya membutuhkan waktu 8 bulan saja.
Keyakinan Jumadi pada probiotik diperoleh dari hasil ujicobanya sejak beberapa tahun lalu. Awalnya ia menebar ukuran 10.000 benih gurami ukuran kuku jari dengan harga kala itu Rp. 100/ekor. Setahun kemudian, Jumadi berhasil memanen gurami sebanyak 5,2 ton yang kala itu bernilai Rp. 84 juta.
“Saya setengah tidak percaya ” ujarnya. Dalam satu bulan, Jumadi hanya memberikan 12 sak pelet atau 144 sak/tahun. “Berarti pakan untuk guraminya hanya sekitar 4.320 kg. Jika dihitung konversi pakannya (FCR) malah di bawah satu” tutur Jumadi girang.
Berdasarkan pengalamannya dengan menggunakan probiotik pertumbuhan gurami menjadi lebih cepat jika dibanding tanpa probiotik. Selain itu tingkat kematian gurami juga kecil serta daging gurami yang dipanennya menjadi lebih padat.
Namun aplikasi probiotik pada pakan gurami ini memang menuntut ketelatenan. Pasalnya pembudidaya gurami setiap hari harus melakukan pencampuran probiotik dengan pakan ikan. Jumadi sendiri melakukan pencampuran probiotik dengan pakan ikan ini saat pagi hari yang kemudian digunakan untuk pemberian pakan pagi dan sore hari.
Empat sak pakan (120 kg) membutuhkan 1 liter probiotik yang khusus digunakan untuk campuran pakan ikan. Meski membutuhkan biaya tambahan untuk pembelian probiotik namun Jumadi bisa mendapatkan keuntungan yang berlebih karena biaya pakan bisa ditekan.
Selain pada budidaya gurami, probiotik juga ciamik digunakan pada pembenihan dan pembesaran lele. Dengan pemberian probiotik, pertumbuhan serta daya tahan lele menjadi jauh lebih baik dan tingkat kematiannya rendah.
“Saat musim pancaroba pertumbuhan lele memang tidak maksimal namun sistem ketahanan tubuhnya meningkat signifikan. ” tutur Muhammad Rizki Kurniawan, pembudidaya benih lele di Magelang Jawa Tengah.
Sarjana ekonomi tersebut menebar 60.000 ekor benih lele di saat musim sulit dan masih bisa panen sekitar 40.000 ekor. Guna meningkatkan efisiensi usaha pendederan benih lele miliknya Kurniawan menggunakan 3 jenis probiotik sekaligus yakni probiotik untuk perawatan kualitas air, penumbuh plankton dan peningkat efektifitas penyerapan nutrisi pakan.
Infeksi jamur serta radang insang alias busuk insang merupakan momok bagi pembudidaya gurami. Jika tidak segera ditangani, gurami yang terkena penyakit ini selanjutnya akan stres dan kemudian mati. Ini tentunya menjadi kerugian besar bagi pembudidaya gurami.
Setiap pembudidaya gurami biasanya telah memiliki ‘resep’ untuk mengobati infeksi jamur dan radang insang. Ada pembudidaya yang menggunakan obat racikan pabrik untuk mengobati penyakit tersebut. Sedangkan pembudidaya gurami yang tidak ingin guraminya ‘tercemar’ bahan kimia biasanya memanfaatkan tanaman herbal.
Berikut ini adalah tips mengatasi penyakit jamur dan radang insang/busuk insang yang diterapkan oleh Gosis Siswanto. Gosis adalah salah seorang pembenih gurami yang berasal dari Jambidan Bantul yang telah lama dikenal sebagai kampung budidaya gurami di Yogyakarta.
Mencegah Gurami Stress, Terkena Jamur & Radang Insang
Sebagai tindakan pencegahan gurami stres, terkena jamur atau radang insang, Gosis memberikan setengah botol Bendoz-A untuk kolam ukuran 2×3 yang ditebarkan 3 jam sebelum benih gurami masuk kolam.
Mengobati Gurami Terkena Jamur
Gurami terkena jamur biasanya ditandai dengan munculnya serabut berwarna putih, krem atau coklat menyerupai kapas pada tubuh, sirip atau mulut ikan. Untuk mengatasi gurami yang terkena jamur, Gosis mengandalkan garam ikan dan Bendoz-A. Caranya Gurami yang terkena jamur dimasukkan ke dalam ember atau wadah khusus yang berisi larutan garam ikan 1 kg, Bendoz A 1-2 tutup botol dan 10 liter air.
Rendam gurami yang sakit selama kurang lebih 0.5 menit atau cek gerakan ikan. Jika gurami yang sakit tersebut gerakannya sudah mulai lincah/gesit kembali, selanjutnya ikan tersebut bisa dimasukkan ke kolam lain yang steril dari jamur. Larutan garam ikan yang digunakan sebelumnya juga ikut dimasukkan ke kolam yang baru.
Mengobati Gurami Sakit Radang Insang
Gurami yang sakit karena radang insang/busuk insang biasanya akan lebih sering berada di permukaan kolam untuk mengambil nafas dan membuat gelembung udara (jawa : mlupuk). Selain itu gurami yang sakit gerakannya lemah dan nafsu makan turun bahkan tidak mau makan sama sekali. Pada kondisi yang lebih parah bisanya gurami hanya mengambang/menggantung di permukaan air dan bila bergerak oleng.
Ada beberapa perlakuan yang dilakukan Gosis untuk menangani gurami yang terkena radang insang. Secara garis besar perlakuan untuk gurami yang terkena radang insang yang diaplikasikan Gosis adalah :
- Kurangi kepadatan gurami di dalam kolam
- Ganti separuh air kolam dengan air baru atau bisa juga gurami dipindah ke kolam lain yang sebelumnya telah diberi 1 tutup botol Bendoz-A.
- Selama perlakuan ini pakan pelet dihentikan dulu dan gurami cukup diberi pakan daun.
- Jika dalam 3-4 hari sudah tidak ditemui gurami yang mengambang di permukaan air maka pemberian pelet sudah bisa dilanjutkan kembali.
Gurami termasuk ikan air tawar yang bisa memakan apa saja, mulai dari plankton, serangga, hingga tumbuhan berdaun lunak. Yang penting adalah pakan gurami tersebut harus mengandung nutrisi utama yang dibutuhkan gurami yakni protein. Sisanya bisa berupa lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Adapun jumlah nutrisi yang dibutuhkan gurami tersebut bisa berbeda-beda tergantung ukuran dan usia gurami yang dipelihara.
Pakan Larva Gurami Hingga Mencapai Ukuran Kuku
Larva gurami yang baru menetas hingga berumur sekitar 10 hari tidak perlu diberi makan karena pakan sudah tersedia dari cadangan kuning telur di tubuhnya. Setelah 10 hari biasanya cadangan kuning telur tersebut akan mulai habis dan larva gurami bisa mulai diberi pakan berupa fitoplankton (rotifera, infusoria, chiorella) dan zooplankton (daphnia, cladochera, artemia).
Alternatif lain adalah pakan dari adonan kuning telur, tepung kedelai dan tepung sagu yang direbus dengan tambahan sedikit air. Pakan alami berupa cacing sutera bisa diberikan pada larva gurami. Pemberian pakan ini dilakukan hingga gurami berumur sekitar 40 hari. Pada usia tersebut, larva gurami seharusnya telah mencapai ukuran kuku atau sekitar 1-2 cm.
Pakan Gurami Ukuran Kuku Hingga Mencapai Ukuran Silet
Benih gurami berukuran kuku diberi pakan berupa cacing sutera. Pakan buatan berupa pelet tepung dengan kandungan protein sekitar 38-40 % juga sudah bisa diberikan pada benih gurami ukuran kuku. Pakan tersebut bisa diberikan hingga gurami mencapai jempol atau hingga gurami mencapai usia sekitar 60 hari sejak menetas.
Selanjutnya hingga mencapai ukuran silet atau hingga benih gurami berusia sekitar 100 hari, pakan yang diberikan adalah pelet butiran ukuran 1 mm dengan kandungan protein sekitar 32-40%.
Pakan Gurami Ukuran Silet Hingga Mencapai Ukuran Bungkus Rokok
Benih gurami ukuran silet bisa diberi pakan berupa pelet ukuran 1-2 mm dengan kandungan protein sekitar 32-40%. Pakan tambahan berupa daun bertekstur lunak seperti daun talas muda, daun keladi muda, daun pepaya muda dan daun ketela muda atau tanaman air seperiAzolla juga sudah mulai bisa diberikan.
Pada usia 190 hari atau sekitar 6 bulan sejak menetas, benih gurami akan mencapai ukuran bungkus rokok atau ukuran sekitar 3-4 jari.
Pakan Gurami Ukuran Bungkus Rokok Hingga Mencapai Ukuran Konsumsi
Gurami ukuran bungkus rokok hingga mencapai ukuran konsumsi atau minimal berbobot 500 gram/ekor dapat diberi pakan berupa pelet ukuran 2 mm dengan kadar protein 27%. Pakan alami seperti azolla, daun talas, daun singkong, daun pepaya dan sejenisnya juga bisa diberikan setiap hari.
Pakan Induk Gurami
Induk gurami memerlukan perhatian khusus untuk masalah pakan. Pemberian pakan dengan jenis dan jumlah yang tidak tepat dapat menyebabkan induk gurami menghasilkan telur yang sedikit dan daya tetasnya rendah.
Para pembudidaya biasanya memberikan induk gurami porsi pakan alami yang lebih banyak ketimbang pakan buatan. Pengurangan porsi pakan buatan ini bertujuan agar induk gurami tidak terlalu banyak menumpuk lemak.
Pakan utama induk gurami adalah daun-daunan. Daun talas misalnya, bisa diberikan pada induk gurami setiap harinya sebagai pakan utama. Setiap 1-2 minggu sekali selingi pakan induk gurami dengan kecambah atau rebusan jagung pipil rebus.
Selain itu ada juga pembudidaya yang memberikan selingan pakan berupa daging sapi, usus ayam atau bekicot yang dicacah halus. Contoh aplikasinya adalah daging sapi diberikan setiap 2 minggu sekali sedangkan usus ayam setiap 1 bulan sekali. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi telur gurami dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi.
Kolam terpal alas sekam merupakan salah satu kunci sukses pembudidaya Gurami di Kulonprogo Yogyakarta. Pemberian sekam sebagai alas kolam terpal adalah inovasi dari Wagiran, pembudidaya gurami dedengkot Kelompok Perikanan Trunojoyo Wates Kulon Progo.
Alas sekam pada kolam terpal berfungsi sebagai ‘heater raksasa’ alias penghangat untuk mempertahankan suhu kolam agar tetap ideal bagi budidaya gurami. Rahasianya terletak pada proses dekomposisi sekam. Proses dekomposisi sekam tersebut akan menghasilkan panas yang kemudian akan berperan menghangatkan air sehingga suhu kolam terpal tetap terjaga di kisaran 28 derajat celcius.
Pengalaman pembudidaya Gurami Kolam Terpal Kulonprogo, pemberian alas sekam ini terbukti ampuh untuk meredam perubahan suhu yang cukup mencolok antara siang dan malam.
Pada tahap pembenihan, fluktuasi suhu ini bisa menyebabkan benih gurami stress yang ujungnya berakibat kematian. Sedangkan pada tahap pembesaran biasanya menyebabkan gurami malas makan sehingga pertumbuhan gurami terhambat.
Berikut di bawah adalah cara singkat pembuatan kolam terpal alas sekam. Ada beragam ukuran kolam terpal yang bisa anda buat. Sebagai contoh adalah cara pembuatan kolam terpal alas sekam ukuran 5x2x1 meter yang bisa diaplikasikan di lahan yang tidak terlalu luas.
Penggalian Tanah Untuk Kolam Terpal
Langkah pertama pembuatan kolam terpal adalah penggalian tanah. Kedalaman tanah yang digali umumnya berkisar 60-100 cm. Jika anda menggali tanah dengan kedalaman 60 cm maka kolam perlu dilengkapi dengan tanggul.
Tanggul ini bisa dibuat menggunakan kerangka kayu, bambu, besi, batako, batu bata atau dengan memanfaatkan tanah galian kolam. Tanggul dibuat dengan ketinggian sekitar 40 cm agar total kedalaman kolam bisa mencapai 100 cm.
Sementara jika tanah digali sedalam 100 cm maka kolam tidak perlu dilengkapi tanggul karena kedalaman kolam sudah mencapai 100 cm.
Untuk memudahkan proses penyifonan, anda bisa membuat kemalir di bagian tengah kolam.
Pemberian Sekam Sebagai Alas Terpal
Setelah tanah selesai digali langkah selanjutnya adalah menaburkan sekam. Sekam dihamparkan secara merata di dasar kolam sebelum terpal dipasang.
Ketebalan sekam berbeda-beda tergantung pada ketinggian lokasi budidaya gurami. Pada dataran rendah misalnya di pesisir pantai, alas sekam tidak diperlukan karena pasir pantai sudah dapat menyerap panas pada siang hari dan dapat menghangatkan kembali hingga keesokan harinya.
Sedangkan jika lokasi budidaya berada pada ketinggian 500 m dpl ketebalan sekam yang dibutuhkan adalah sekitar 10 cm. Lokasi budidaya 500-800 m dpl membutuhkan ketebalan sekam 15-20 cm.
Setelah sekam dihamparkan secara merata, siram kolam dengan air. Tujuannya untuk membatu proses dekomposisi sekam.
Pemasangan Terpal
Setelah sekam dihamparkan langkah selanjutnya adalah pemasangan terpal. Untuk membuat kolam terpal berukuran 5x2x1 meter anda membutuhkan terpal berukuran 8×5 meter. Terpal baru disarankan dicuci terlebih dahulu menggunakan air bersih. Caranya cukup gosok menggunakan kain basah kemudian siram dengan air bersih. Terpal dipasang hingga menutupi seluruh galian kolam. Sisa terpal yang berada di luar kolam (mencapai tanggul) diberi penahan berupa pasak kayu atau pemberat berupa batako atau bata merah agar terpal tidak melorot.
Pengisian Air dan Pre Kondisi Kolam
Langkah selanjutnya setelah terpal terpasang adalah pengisian air dan pre-kondisi kolam. Selain alas sekam, proses pre-kondisi kolam seperti penggaraman, pemupukan dan pemberian probiotik ini juga penting dilakukan untuk menunjang keberhasilan budidaya gurami kolam terpal. .
Potensi sumber daya alam Kabupaten Banyumas sesuai dengan namanya Banyu artinya air dan mas artinya berharga. Wilayah geografis yang strategis di bawah Gunung Slamet menjadikan kawasan Banyumas tercukupi ketersediaan airnya sepanjang tahun. Selain ketersediaan air, jenis tanah, kemiringan tanah dan jenis tanah juga menjadi nilai plus yang dimiliki Banyumas.
Sumber air yang melimpah dan berasal dari mata air yang jernih dan memenuhi baku mutu yang cukup sangat mendukung untuk usaha perikanan. Salah satu aktivitas perikanan budidaya yaitu pembenihan ikan gurami yang menjadi primadona di Banyumas. Komoditas gurami memiliki pangsa pasar terbuka luas, harga jual yang bagus, dapat dijual dari mulai telur hingga ukuran tertentu hingga konsumsi (segmentasi yang panjang, setiap segmen memiliki pasar).
Banyak terdapat peluang yang dapat dikerjakan secara serius, karena pada umumnya masih dikerjakan secara tradisional (ilmu turun temurun). Pada tahun 2003 – 2004 banyak pembudidaya ikan yang gulung tikar dan menjual induknya karena telur sudah tidak diserap oleh pasar.
Banyumas merupakan daerah penghasil telur gurami terbesar terutama di Desa Beji. Pada tahun 2001 banyak pembudidaya ikan hanya membudidayakan telurnya saja karena untuk mencapai ukuran konsumsi memerlukan waktu yang panjang sekitar 1 tahun, manajemen yang masih konvensional dan modal yang tidak kuat. Di sisi lain mereka juga memerlukan perputaran modal yang cepat agar keuntungan yang diperoleh bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka.
Usaha telur gurami berawal dari 4 paket induk gurami (perpaket terdiri dari 1 jantan 4 betina) dapat menghasilkan telur rata rata 40.000 butir/bulan. Pemasaran telur gurami melalui pengepul dan oleh pengepul dikirim ke luar daerah antara lain Tulungagung–Jatim, DI Yogyakarta dan bahkan Pekanbaru-Riau. Pada tahun 2002, usaha berkembang menjadi 25 paket induk dengan kapasitas produksi mencapai rata rata 250.000 butir/bulan. Permintaan telur ini masih tetap tinggi dengan harga mencapai Rp. 40/butirnya. Pada tahun 2003, usaha pemijahan mulai memasuki masa sulit dimana telur tidak terserap oleh pasar dan harga jatuh hingga mencapai Rp.5/butir.
Hal ini diakibatkan terjadi over produksi di daerah Tulungagung-Jatim sehingga pembelian telur dari Banyumas dihentikan. Masa ini menjadi masa yang sangat sulit bagi pembudidaya ikan di Kabupaten Banyumas dan banyak yang gulung tikar dan menjual induknya.
Melihat kondisi tersebut, Irwan Setiadi (Ketua Kelompok Mina Artha) beralih usaha dari produsen telur menjadi pembenihan skala rumah tangga dan berhasil mengembangkan prinsip teknologi dapat diterapkan di tingkat pembudidaya ikan dengan modal dan pembiayaan yang kecil dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah tangga sejak tahun 2004. Segmen pembenihan gurami adalah potensi terbesar untuk dikerjakan karena tidak membutuhkan biaya yang besar dan lahan yang luas.
Untuk merubah kebiasaan dimana ketergantungan pasar telur terhadap kebutuhan gurami di Jawa Timur sangatlah tinggi menjadi dapat dipelihara sendiri dengan merawat dan memelihara telur gurami menjadi benih ikan gurami. Kegagalan atau kematian secara total sering dialami, diakibatan keterbatasan fasilitas pendukung (sumber air dari sungai, teknologi sistem pemeliharaan di bak semen) dan yang paling sering muncul serangan penyakit ikan berupa protozoa white spot.
Namun hal ini tidak mengundurkan niatnya untuk usaha pembenihan gurami sehingga usaha perawatan larva ini tetap dilakukan dengan trial and error dan mencatat setiap aktivitas untuk menemukan cara yang paling tepat untuk mendapatkan SR benih yang tinggi dan siap untuk dijual dalam bentuk benih pada ukuran tertentu. Sistem perawatan larva gurami dapat dilaksanakan secara tradisional dan semi intensif dengan kendala-kendala sebagai berikut:
- Hama, predator dan penyakit ikan tidak terkendali serta ketergantungan terhadap kondisi alam sangat tinggi (pakan, suhu dan kondisi perairan).
- Hasil panen tidak pernah lebih dari 10 % dan sering mengalami kerugian/gagal total.
- Ilmu turun temurun dan keterbatasan pengetahuan dan ilmu pembudidaya ikan.
- Faktor terbesar putusnya rantai budidaya gurami di Banyumas karena keterbatasan modal, sehingga petani lebih senang menjual telur gurami keluar daerah.
- Hama dan predator sudah dapat dikendalikan, penyakit belum 100% terkendali, ketergantungan terhadap panas matahari dan suhu air sangat berpengaruh
- Meniru dari daerah lain yang belum tentu sesuai dengan kondisi alam di Banyumas, (hanya cocok di daerah beriklim panas di atas 280C) Purwokerto suhu 25 – 280C.
- Faktor kegagalan masih sering sekali muncul, kematian massal setelah hari ke 12 (serangan white Spot).
Dengan memperhatikan kendala-kendala tersebut melalui penelitian dan study banding selama + 4 tahun (2004 – 2008) maka di temukan teknologi terbaru perawatan larva gurami intensif berskala hathcrey rumah tangga dengan keunggulan sebagai berikut:
- Mengurangi ketergantungan terhadap faktor alam berupa kebutuhan suhu tinggi (lebih dari 280C) dan pengendalian terhadap penyakit.
- Dapat menekan faktor kematian masal terhadap benih ikan yang diakibatkan oleh penyakit (white Spot).
Saat ini keberhasilan tingkat keberhasilan produksi mencapai rata-rata SR 90% dengan kapasitas produksi mencapai 54.000 benih/bulan, dari 6 paket unit kolam bak semen (per 1 unit dapat menghasilkan 9.000 benih/bulan). Sehingga untuk kapasitas produksi telur kabupaten Banyumas mencapai 30 juta butir/bulan, membutuhkan 3.000 unit atau membutuhkan 3.000 kepala rumah tangga terlatih untuk menyerap produksi telur Kab. Banyumas agar tidak tergantung dengan daerah Tulungagung-Jatim dan daerah lainnya.
Selain sebagai Ketua Pokdakan Artha Mina, Irwan juga aktif sebagai Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan Usaha Perikanan (BP2UP) UPP Mina Mas Kab. Banyumas. Irwan berperan aktif dalam pengembangan pembenihan skala rumah tangga di Kabupaten Banyumas. Peran aktifnya melalui UPP Mina Mas Kab. Banyumas antara lain:
- Mengembangkan prinsip teknologi pembenihan gurami skala hatchery rumah tangga yang dapat diterapkan di tingkat pembudidaya ikan dengan modal dan pembiayaan yang kecil dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah tangga dan diberi nama “Perawatan Larva Gurami Model Inkubator skala Rumah Tangga”.
- Program kerja diselaraskan dan bersinergi dengan Program Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas untuk mewujudkan Program Minapolitan Kab. Banyumas.
- Sasaran awal 1.000 unit inkubator pada 1.000 KK dengan pemanfaatan lahan pekarangan kosong disamping rumah yang tersebar di 4 kecamatan yang memiliki topografi daerah atas (daerah pembenihan Minapolitan) yaitu Kec. Baturaden, Kec Karangluas, Kec. Kedungbanteng dan Kec. Sumbang dengan target dapat menyerap 1/3 produksi telur Gurami Kabupaten Banyumas sekitar 10 juta butir. Ke depan diharapkan sebagai model atau contoh yang dapat berkembang minimal 2 kali lipat di tingkat masyarakat hingga tercapai target 3.000 unit.
- Untuk mempercepat penyebaran teknologi, UPP Mina Mas Kab Banyumas membentuk bidang Pendidikan dan Pelatihan Usaha Perikanan (BP2UP) yang berfungsi membekali keterampilan kepada pembudidaya atau kelompok dalam penerapan teknologi budidaya perikanan untuk berusaha di bidang perikanan.
Yang telah dilakukan dan dalam proses pendampingan di beberapa daerah secara swadaya yakni Desa Limpakuwus Kec. Baturaden, Desa Bobosan Kec. Karangluas, Desa Banjarsari Wetan Kec. Sumbang, Desa Pamijen Kec. Baturaden, dan Desa Petahunan Kec. Ajibarang
Dalam kurun waktu 1 – 2 tahun ke depan harapan target tercapai dimana Kabupaten Banyumas sebagai swasembada benih gurami dan didukung dengan penyiapan segmen selanjutnya sehingga Kabupaten Banyumas akan menjadi penghasil gurami terbesar di Indonesia mencapai 500 ton/hari atau 15.000 ton/bulan ukuran konsumsi dengan asumsi SR hanya 50 %. (kkp)
Tak jarang pembudidaya ikan yang menjumpai air kolam ikannya terdapat banyak busa/buih. Kondisi air kolam yang berbusa perlu menjadi perhatian bagi pembudidaya ikan. Munculnya busa pada kolam ikan bisa menjadi tanda bahwa kondisi air kolam cenderung tidak sehat.
Air kolam yang tidak sehat tentunya akan menyebabkan ikan rentan terkena penyakit yang ujung-ujungnya ikan akan mati. Jika demikian pembudidaya ikan akan mengalami kerugian.
Ada beberapa kemungkinan penyebab air kolam ikan menjadi berbusa/berbuih.
Kemungkinan pertama air kolam menjadi berbusa karena terjadi peningkatan kadar gas CO2 dan banyak plankton yang mati. Selain air yang berbusa, kondisi ini biasanya juga menyebabkan air kolam menjadi keruh dan pekat.
Kemungkinan kedua munculnya busa pada kolam dikarenakan tingginya kadar organik terlarut dalam air. Bahan organik ini bisa berasal dari sisa kotoran ikan yang tidak terurai serta sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan.
Kemungkinan ketiga penyebab air kolam berbusa adalah fenomena ledakan alga atau biasa disebut algae blooming. Kondisi ini terjadi karena proses pemupukan yang berlebihan atau over dosis penggunaan katalis plankton.
Hal ini menyebabkan populasi alga menjadi tidak terkontrol. Selain munculnya busa, ledakan alga ini juga menyebabkan air kolam menjadi pekat.
Selain kemungkinan di atas, munculnya busa pada air kolam bisa jadi dikarenakan anda baru saja melakukan penggaraman pada kolam. Penggaraman biasa dilakukan pembudidaya ikan untuk menyetabilkan pH air setelah kolam terguyur air hujan. Selain itu penggaraman biasa dilakukan untuk terapi pengobatan maupun mencegah penyakit ikan.
Kolam Terpal kini kian populer untuk tempat budidaya ikan. Selain Lele, jenis ikan air tawar lain seperti Gurami dan Patin juga dapat dibudidayakan secara optimal pada kolam terpal. Mereka yang telah sukses menerapkan budidaya ikan di kolam terpal diantaranya adalah budidaya lele sangkuriang kolam terpal Abah Nasrudin di Bogor dan budidaya gurame kolam terpal oleh para petani di pesisir pantai Kulon Progo Yogyakarta
Selain lebih praktis, mudah diaplikasikan di lahan terbatas serta biaya pembuatan yang relatif lebih murah dibanding kolam tembok, budidaya ikan di kolam terpal juga memiliki keunggulan dibanding budidaya ikan di kolam tembok atau kolam tanah.
Keunggulan kolam terpal untuk budidaya ikan seperti lele dan gurami diantaranya :
Kolam Terpal Dapat Diaplikasikan Pada Daerah Kurang Air
Bagi anda yang tinggal di pesisir pantai yang notabene tanahnya berpasir dan kurang mampu menahan air (porous), kolam terpal merupakan pilihan yang tepat untuk budidaya ikan. Budidaya ikan pada kolam tanah di daerah pesisir pantai atau daerah lain yang tanahnya porous akan menemui kendala karena air akan terus berkurang karena langsung meresap ke tanah. Kolam terpal inilah solusi yang ciamik jika anda ingin mencoba usaha budidaya ikan.
Suhu Air di Kolam Terpal Lebih Stabil
Pengalaman pembudidaya gurame di Kulon Progo membuktikan kolam terpal mampu menahan fluktuasi suhu kolam yang biasanya terjadi saat perubahan musim. Rahasianya terletak pada alas sekam yang ditebar sebelum terpal di pasang. Pada musim kemarau alas sekam tersebut disiram air agar cepat busuk. Proses pembusukan sekam ini kemudian menghasilkan panas yang pada akhirnya mampu menjaga suhu air di kisaran ideal untuk budidaya gurame.
Ikan Kolam Terpal Tidak Berbau Tanah
Berbeda dengan budidaya di kolam tanah yang biasanya ikan hasil panenan masih berbau lumpur, ikan hasil budidaya di kolam terpal sama sekali tidak berbau lumpur. Ikan yang tidak berbau lumpur relatih lebih disukai oleh para konsumen.
Panen Ikan Lebih Mudah
Karena ukurannya yang umumnya tidak terlalu besar, panen ikan di kolam terpal relatif lebih mudah dilakukan. Selain itu dasaran kolam terpal biasanya hanya terdapat sedikit lumpur atau malah tidak ada sama sekali sehingga panen ikan di kolam terpal lebih mudah untuk dilakukan.
Pengolahan Kolam Terpal Lebih Cepat
Proses pembersihan dan pengeringan kolam terpal sebelum digunakan kembali jelas lebih cepat dibanding dengan kolam tanah. Proses pembersihan dan pengeringan ini lazim dilakukan para pembudidaya ikan untuk memutus mata rantai bibit penyakit. Kolam tanah umumnya memerlukan waktu 2-7 hari untuk proses pengeringan. Kolam terpal hanya memelukan waktu beberapa jam saja atau paling lambat 1-2 hari untuk proses pengeringan.
Padat Tebar Benih Ikan Lebih Tinggi
Pada budidaya ikan di kolam tanah umumnya jarang dilakukan pembersihan kotoran ikan dan sisa pakan yang menumpuk di dasar kolam. Penumpukan sisa pakan dan kotoran ikan ini kemudian akan menghasilkan amonia dan hidrogen sulfida yang bersifat racun bagi ikan. Ikan pun kemudian ogah untuk berenang di dasar kolam. Akibatnya ruang gerak ikan menjadi terbatas.
Lain halnya jika budidaya ikan dilakukan pada kolam terpal. Kotoran ikan dan sisa pakan yang menumpuk di dasar kolam lebih mudah dibersihkan dengan cara disedot (shift pond). Ruang gerak ikan menjadi lebih luas karena ikan dapat berenang di dasar kolam tanpa takut teracuni amonia.
Jarang Ditemui Hama & Penyakit
Hama yang memangsa ikan khususnya benih jarang ditemui di kolam terpal. Selain itu ikan yang di budidayakan pada kolam terpal relatif jarang terserang penyakit.
Kelangsungan Hidup Ikan Lebih Tinggi
Karena kualitas air yang lebih terkontrol serta minimnya serangan hama dan penyakit maka kelangsungan hidup (survival rate) ikan ikan yang dibudidayakan lebih tinggi. Pengalaman pembudidaya lele sangkuriang pada kolam terpal, kelangsungan hidup ikan lele yang dipelihara bisa mencapai 95 %.
Demikian beberapa keunggulan kolam terpal untuk budidaya ikan. Meski tidak genap 1001 namun cukup kiranya untuk menunjukkan kelebihan kolam terpal dibanding jenis kolam lainnya.
Siapa yang tak suka gurame bakar atau gurame goreng? Kedua menu tersebut, sudah sejak lama, menjadi salah satu menu favorit beberapa resto. Gurihnya cita rasa gurame goreng dan gurame bakar yang laris manis di pasaran tak hanya disenangi oleh konsumen saja tapi juga oleh produsen yang berperan sebagai pembudi daya ikan gurame. Pasalnya, kegemaran khalayak mengonsumsi aneka macam masakan berbahan dasar ikan gurame ini menciptakan peluang usaha serta mampu memberikan profit yang menguntungkan.
Permintaan komoditas gurame mengalami peningkatan seiring dengan menjamurnya tempat-tempat kuliner di tanah air. Menurut Wiwied Usman, Sekjen Permina (Perhimpunan Masyarakat Perikanan Nusantara), seperti yang dikutip dari Kedaulatan Rakyat beberapa waktu lalu, budi daya ikan gurame termasuk investasi yang menggiurkan. Dengan menebar bibit gurame katakanlah sebanyak 2.000 ekor, pendapatan yang bisa dikantongi sekitar Rp40 juta.
Karena memerlukan air berlimpah serta habitat yang cukup luas, budi daya ikan gurame ini dianggap hanya bisa dikelola dengan modal besar. Padahal tidaklah demikian. Budi daya ikan gurame yang banyak tersedia di pasar tradisional dan modern tersebut bisa diterapkan dalam skala rumah tangga atau dengan kata lain industri mikro bermodal kecil. Jadi, kesempatan serta peluang usaha rumahan untuk komoditas ini masih sangat terbuka lebar.
Salah satu cara membudi daya ikan gurame skala rumah tangga adalah dengan menggunakan media kolam terpal. Lahan yang dipakai bisa di pekarangan rumah (bila pekarangan Anda cukup luas) atau lahan kosong di sekitar rumah yang bisa Anda sewa dengan biaya terjangkau. Perlu diingat, dalam lahan sempit itu jumlah bibit gurame yang dapat dibudi daya pun terbatas.
Ukuran gurame juga turut menjadi pertimbangan kuantitas gurame yang akan dibudi daya dalam kolam terpal. Menurut penjelasan Galeri UKM, untuk ukuran kolam 1 meter persegi dengan kedalaman 90 cm dapat diisi 10 ekor ikan gurame dengan bobot 2,5 ons. Lalu bagaimana membuat kolam terpal untuk budidaya gurame ini?
Prosedurnya cukup sederhana. Ada dua macam cara yang bisa Anda pilih. Pertama, menggali tanah dengan kedalaman sekitar 90 cm kemudian pasang terpal pada tanah galian tersebut. Cara kedua dengan tidak melakukan penggalian tanah tapi memasang terpal pada permukaan tanah lalu merangkai rangka dari besi atau kayu sebagai penyangga sehingga bentuknya menyerupai bak.
Baik cara pertama maupun kedua mempunyai keunggulannya masing-masing. Cara pertama membuat beban terpal tidak terlalu berat ketika diberi air sementara cara kedua memudahkan pembudi daya melakukan penggantian serta pembersihan kolam.
Mengenai masa panen, budi daya ikan gurame kolam terpal mempunyai usia pembibitan yang relatif singkat. Untuk bibit 2,5 ons dapat dipelihara selama 5 bulan sebelum dipanen dengan hasil ikan gurame berbobot 6 sampai 7 ons.
Yang perlu diperhatikan dalam budi daya ikan gurame dalam kolam terpal adalah kondisi air serta frekuensi pemberian makanan. Walau bisa bertahan dalam air yang tidak terlalu bersih tapi habitat ikan gurame harus tetap dijaga higienitasnya untuk menjauhkan hama penyakit serta racun kimia berbahaya. Ada baiknya untuk membersihkan kolam terpal seminggu sekali dengan sistem shift pond yakni penyedotan air melalui selang/pompa dan kemudian isi kembali dengan air yang lebih baru.
Sedangkan untuk makanan, berikan pelet yang mengandung protein 25 sampai 30 persen dengan frekuensi 2 kali sehari. Lebih baik memberi makan dengan kuantitas sedikit tapi berfrekuensi sering daripada kuantitas banyak tapi dengan frekuensi jarang. Selain pelet, Anda juga bisa menambahkan daun-daunan dan sayuran yang juga baik bagi kesehatan dan pertumbuhan ikan gurame.
Sumber : Ciputra Enterpreneurship. Gambar : BPBIAT Muntilan
One response to “Artikel Gurami”
[ DICARI ]
PENAMPUNG IKAN GURAME
LOKASI DI LUBUK PAKAM (MEDAN)
UKURAN 3 EKOR PERKILO
HARGA RP. 29.000
TAKSIRAN KURANG LEBIH 1 TON
MINAT INBOX
HP. 081269327075
Leave a Reply