Sabtu, 02 Februari 2013

Prospek bisnis kue kering


Kue kering atau yang biasa dikenal dengan istilah cookies bisa dibilang bisnis yang tak pernah kering. Jenis kue ini sering menjadi primadona pada saat-saat hari raya keagamaan terutama lebaran. Karakter kue yang tahan lama hingga berbulan-bulan membuat kue kering selalu dicari orang.
Kisah sukse berbisnis kue kering dialami oleh Dedi Hidayat dan istrinya Diah Susilawati, dengan bermodal Rp 2 juta pada saat memulai bisnis di tahun 1996 lalu, kini dua orang ini menjadi pengusaha sukses dengan omset hingga Rp 15 miliar per tahun.
Melalui bendera J & C yang merupakan kependekan kata dari 2 nama putra-putrinya yaitu Jody dan Cindy (J & C), Dedi dan Diah meretas bisnis kue kering atau jenis roombutter.
Kisah awalnya, Dedi menuturkan kepiawaian sang istri yang pintar membuat kue menjadi titik cerah usahanya, meskipun dia mengakui keterampilan sang istri tidak muncul begitu saja, melainkan muncul setelah rajin mengikuti kursus dan rajin melakukan eksperimen membuat kue.
“Waktu krismon 1997 lalu jenis-jenis roti kurang diminati, saya melihat ada peluang di kue kering,” kata Dedi saat ditemui di pabriknya Bandung akhir pekan lalu.
Hingga sampai saat ini setidaknya ia telah mampu membuat 54 jenis kue kering roombutter yang telah dipasarkan di dalam negeri maupun di ekspor ke Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.
“Produk kita sudah masuk ke Singapura, sejak setahun lalu karena ikut pameran,” ucapnya.
Dibantu oleh kurang lebih 400 karyawannya bisnisnya semakin menggeliat terutama memasuki bulan-bulan puasa dan lebaran. Bahkan ia memperkirakan bisnisnya pada tahun ini akan mengalami kenaikan hingga 35% dari tahun sebelumnya.
Untuk menghadapi lebaran tahun ini saja, ia mengatakan modal kerja yang diperlukan mencapai Rp 8 miliar, khusus untuk memenuhi pasokan Bandung dan Jakarta, sehingga ia memperkirakan omset per tahunnya mencapai sekitar Rp13-15 miliar.
“Jadi laba bersih sekitar Rp 3 miliar, atau brutonya Rp 4 miliar,” imbuhnya.
Dikatakannya tantangan bisnisnya sampai sekarang ini adalah masalah pengemasan atau packaging, khususnya untuk kue kering yang akan diekspor ke luar negeri. Pengemasan sangat penting dalam menjaga kualitas produknya.
Sementara itu Jodi Janitra, salah seorang putra Dedi mengatakan tantangan bisnis kedua orang tuanya kedepan antara lain mengembangkan usaha ini menjadi waralaba meski untuk mencapainya tidak lah mudah terutama dalam menjaga kualitas adonan kue kering dan kualitas kontrol.
Saat ini saja, lanjut Jodi, permintaan kue kering J & C sangat tinggi khususnya memasuki masa lebaran yang bisa mencapai 4000 toples per hari sedangkan kalau hari biasa hanya mencapai 100-200 toples per hari.
Tawarkan Keagenan J & C
Meski belum masuk dalam status usaha waralaba, J & C tawarkan konsep keangenan sebagai distribusi produk-produk J & C. Dimana para calon agen terbagi menjadi dua yaitu agen biasa dan agen khusus.
Menurut Dedi, sampai saat ini J & C telah mengantongi 7 keagenan khusus diantaranya 1 di Batam dan 6 agen di Jakarta, sedangkan untuk agen biasa sudah mencapai 1000 lebih yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Kalau mau jadi agen biasa itu minimal pembelain 30 lusin (toples) atau Rp 13 juta, untuk agen khusus Rp 400 juta sebanyak 1000 lusin,” imbuhnya.

No response to “Prospek bisnis kue kering”

Leave a Reply