Usaha camilan dari ikan lele yang dirintis Nurul Hidayati berawal dari kepiawaiannya memasak. Lucunya, wanita yang akrab disapa Nurul ini mengaku baru bisa memasak setelah menikah. Menurutnya, memasak adalah tuntutan profesi ibu rumah tangga. “Karena sudah menjadi rutinitas, saya jadi gemar mencoba berbagai resep, mulai dari masakan nusantara sampai aneka kue,” ujar Nurul.
Awalnya, wanita yang juga berprofesi sebagai guru honorer di Sekolah Dasar SDN Randu Pandangan, Kecamatan Menganti, Gresik , Jawa Timur ini sempat berjualan kue kering. Usaha kue kering ini cukup diminati teman dan kerabat Nurul di Gresik. Penjualan semakin meningkat setiap menjelang hari raya, seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru.
Seiring waktu Nurul berpikir untuk mempunyai usaha yang serius dan lebih besar lagi. Tahun 2004 silam, ia beralih menjual produk makanan olahan berupa abon ikan patin. Nurul sengaja memilih makanan pendamping nasi karena diyakini diminati orang setiap saat, bukan di musim tertentu saja. Abon ikan patin yang dijualnya bukan dibeli dari pihak lain, melainkan hasil kreasinya sendiri. Awalnya dia iseng meminta teman-teman untuk mencicipi abon ikan patin tersebut. Tak disangka, mereka ketagihan dan langsung memesan.
Melihat tingginya minat, Nurul pun kemudian membisniskan abon buatnnya. Produk itu dijual secara sederhana, hanya dengan kemasan plastik biasa dan hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Namun, mengingat persediaan ikan patin terbatas dan harganya cukup mahal, Nurul sempat kesulitan dalam urusan modal dan harga jual. Ia akhirnya mencari caralainagar tetap bisa menciptakan abon ikan yang harganya terjangkau namun rasanya tak kalah enak dengan abon dari ikan patin.
“Saya sempat mengalami harga ikan patin melonjak tinggi. Saya harus memutar otak untuk mencari gantinya. Lalu atas saran Sofyan,sepupu sekaligus patner usaha saat ini,saya mencoba membuat dari ikan lele yang persediaannya lebih berlimpah,” ujar wanita kelahiran Gresik, 26 September 1976 ini.
Usaha Olahan Ikan Lele Terus Meningkat
Tahun 2010, sambil tetap bekerja sebagai guru, Nurul menekuni usaha abon ikan lele yang diberi label Sekar Mutiara. Di awal, ia menggelontorkan modal sebanyak Rp5 juta yang dipakai untuk membelimembeli peralatan.Pemasarannya pun ditingkatkan dengan menggunakan sistem online dan lewat pameran.
Ternyata abon ikan lele pun menuai respons positif Pendapatan dari penjualan abon lele yang awalnya hanya Rp600ribu perbulan terus meningkat. Nurul lantas berniat serius untuk memproduksi lebih banyak lagi produk olahan lele. Untuk itu ia menambah modal sebanyak Rp27 juta dari tabungan hasil berjualan kue kering. Uang itu digunakan untuk membeli peralatan produksi, ongkos operasional dan bahan baku.
Untuk meningkatkan pendapatan, Nurul tak berhenti melakukan inovasi. Setelah meluncurkan rasa orisinal, ia membuat abon lele dengan aneka varian, seperti rasa pedas dan bawang. Lalu ia juga memproduksi kerupuk ikan lele (rasa pedas dan orisinal), kerupuk rambak lele, keripik sirip lele crispy, dan keripik baby lele crispy. Ternyata variasi olahan lele kreasinya laris manis di pasaran.
“Diversifikasi produk sangat diperlukan karena selera konsumen berbeda-beda. Misalnya, abon lele orisinal sangat diminati konsumen di kota Surabaya, tapi di daerah Bali justru abon lele pedas yang banyak diminta ,” ujar ibu dari Asysyabiyah Shahih Naura Fumi (1,5 bulan)ini.
Inovasi yang tetap mengandalkan bahan baku lele merupakan bagian dari strategi Nurul dalam meningkatkan penjualan. Selain itu, ia juga ingin memanfaatkan ikan lele seutuhnya agar tidak terbuang sia-sia. Misalnya, kulit ikan lele dimanfaatkan untuk membuat rambak lele, sementara sirip ikan lele dapat menghasilkan produk Baby Lele Crispy. Saat ini Nurul tengah mempelajari bagaimana memanfaatkan tulang ikan lele agar tidak terbuang begitu saja. (Sumber : Majalah Sekar)
No response to “Sukses Berkat Cemilan Lele”
Leave a Reply