Ikan Nila menjadi salah satu pilihan keluarga untuk dikonsumsi. Selain rasanya yang enak, harganya pun terjangkau. Sedangkan dari sisi penjual atau produsen, berbisnis budidaya ikan Nila sangat menguntungkan.
Di Desa Jabon, Kec. Parung, Bogor, ada seorang pembudidaya ikan Nila yang sukses. Ujang (39) menekuni usaha ini dengan modal awal hanya berupa 9 buah kolam. Kolam tersebut ia bangun di atas tanah warisan orang tuanya.
Sejak 1997, Ujang menekuni usaha di bidang perikanan. Pada awal usaha, dia tidak langsung menuju pembesaran ikan Nila, melainkan ikan Gurame. Jeli melihat permintaan pasar, Ujang pun kemudian menambah jenis ikannya dengan Mujair, Patin, Mas, dan Nila.
Pembesaran ikan Nila sendiri baru ditekuninya sejak dua tahun lalu. Pengetahuan mengenai budidaya ikan tersebut diperoleh secara otodidak. Banyaknya permintaan konsumen akan ikan Nila diceritakan Ujang dengan menyebutkan bahwa dalam sehari, ia bisa memasok Nila hingga 1 ton kepada pelanggan.
Jika ia masih kekurangan Nila, maka ia akan mengambil dari teman sesama pembesar Nila. Di Bogor sendiri, menurut Ujang, masih jarang pelaku pembesaran Nila. Daerah yang banyak pembesaran Nila adalah Purwakarta, Jati Luhur, dan Subang.
“Prospek pembesaran Nila sangat bagus, apalagi masih jarang pelaku pembesarannya. Permintaan Nila untuk daerah Bogor saja masih sangat kurang, belum daerah lainnya. Permintaan Nila juga lebih banyak dibandingkan dengan ikan yang lain,” ungkap Ujangditemui disekitar kolam budidayanya, Parung, kamis (25/10).
Dia melanjutkan, modal awal yang harus dikeluarkan untuk usaha pembesaran ikan Nila sebesar Rp 21,7 juta. Uang tersebut digunakan Ujang untuk membeli indukan Nila di daerah Sukabumi sebanyak 3 kwintal atau berisi sekitar 1.200 ekor seharga Rp 17 juta dan membuat kolam dengan biaya Rp 4,7 juta.
Satu indukan Nila bisa menghasilkan telur untuk benih hingga 6.000 butir. Jenis ikan Nila yang dibesarkan Ujang adalah Nila Hitam jenis Gift, Gesit, dan Kakap. Sedangkan untuk pakan, dalam sebulan Ujang bisa menghabiskan anggaran hingga Rp 26 juta. Yaitu, pakan
Pelet dibeli di daerah Parung Bogor dengan harga Rp 200 ribu/karung isi 50 kg, dan Postal dibeli di daerah Cikande, Serang Banten seharga Rp 17 ribu/karung isi 30 kg.
Selanjutnya, tinggal pemasaran. Ujang mengaku tidak merasa kesulitan dalam memasarkan Nila. Hal ini disebabkan karena kurang banyaknya pelaku pembesaran Nila sementara permintaan cukup tinggi. Kini, Ujang menjadi pemasok tetap Nila untuk pedagang-pedagang di Pasar Kramat Jati, Pasar Minggu, Cibinong, dan Cimone.
Dalam sehari Ujang bisa memasok Nila hingga 1 ton kepada pelanggannya. Namun, karena kapasitas dari kolam sendiri per hari rata-rata hanya sebanyak 4 Kw, kekurangannya sebanyak 6 Kw dibeli dari pembesar Nila lain di Purwakarta, Jati Luhur, dan Subang seharga Rp 9 ribu/kg.
Namun, Ujang tidak menjual ikan Nila secara eceran, karena menurutnya akan rugi mengingat ongkos kirim yang harus ditanggung. Ujang pun memberlakukan minimal pembelian dua kwintal dengan sistem pembayaran secara cash, sedangkan pemesanan bisa dilakukan via telepon atau SMS.
Meski bisa dibilang sukses dengan usaha ikan Nila, Ujang masih terbentur pada kendala modal untuk memperbesar usaha. Pria ini bercita-cita mempunyai lapak sendiri di Pasar Anyar, Bogor, sehingga ia bisa menjual ikannya di pasar secara langsung.
2 Responses to “Sukses Pembesaran Ikan Nila”
buat agan yg minat sama nila merah super (bangkok) kami "DeSawah Fish" kolam di bandung dan subang dengan kapasitas 800-1ton/hari size 200 - 750g/ekor, bisa hubungi saya ! ketebalan daging, kualitas serta daya tahan ikan .. sya jamin, apabila ikan banyak yg mati lebih dr 10% atau kualitas ikan saya buruk, maka saya ganti 2x lipat dgan ikan yg baru, Phone 081222724891 Pin 5217ecf5
Maaf sebelumnya...saya juga punya usaha pembesaran ikan nila gesit,yang jadi kendala saya bingung pemasarannya.
Leave a Reply