Asal memiliki keinginan kuat, ibu rumah tangga pun bisa mengembangkan usahahome industry sehingga dapat membantu ekonomi keluarga. Itulah yang dilakoni Hj Erlismiati.
"Saya tidak menyangka produk home industry bisa menyamai kualitas produk sejenis buatan pabrik besar. Padahal usaha ini awalnya hanya iseng-iseng untuk mengisi waktu luang dan memanfaatkan Ilmu Tata Boga yang saya kuasai. Alhamdulilah, bermanfaat, hingga saga pernah diajak ikut pameran internasional di Singapura," kata Hj Erlismiati (49), pemilik usaha rumahan LA-Rest saat ditemui Warta Kota di Taman Wisma Asri, Bekasi, belum lama ini.
Percakapan dengan Erlismiati terpaksa dilakukan malam hari karena ibu tiga anak ini sedang sibuk. Saat itu, dia tengah mengikuti pelatihan kentang cara penetapan harga yang diadakan Kementerian Perdagangan, dart tanggal 4 hingga 7 Okober 2010.
"UKM harus tahu ilmu itu agar bisa mengembangkan pasar. Harga harus mencerminkan segmen pasar yang dibidiknya," kata Erlismiati.
Menurut Erlismiati, sambal balado kentang merupakan produk hasil olahan pertanian yang sedang dikembangkan pemerintah. Pekan depan, persisnya tanggal 13 - 17 Oktober 2010, dia akan tampil dalam pameran 'Pangan Nusa ke-5 di Jakarta Expo Kemayoran.
Kabarnya, LA-Rest adalah salah satu pemenang UKM Award untuk kategori kreasi kemasan. "Produk UKM hares memiliki kemasan menarik, selain kelengkapan legalitas, mulai dari izin usaha, produksi hingga sertifikat halal agar bisa diterima pasar. Saat ini, merek LA-Rest sudah didaftarkan, tinggal menunggu hak patennya keluar," kata Erlismiati.
Dengan menjadi usaha rumahan yang modern, pemasaran LA-Rest menjadi semakin luas karena sering diajak berpameran oleh berbagai instansi pemerintah, baik daerah maupun pusat. Saat ini, katanya, produksi sambal balado kentangnya mencapai 30 kg - 50 kg/ha.
Setelah mengikuti 'Pangan Nusa ke-5', Erlismiati sudah ditunggu dua pameran lainnya, yakni, pameran produk olahan dari ikan yang diadakan Kementerian Kelautan tanggal 21 - 24 Oktober 2010, dan sebuah pameran tingkat internasional di Jakarta Expo Kemayoran 21- 30 Oktober 2010.
"Alhamdulillah semua pameran itu gratis. Bahkan, karena kesibukan itu, saya menolak ikut pameran di China karena diadakan pada bulan Oktober ini," katanya.
Mulai dari taklim
Ide membuat usaha rumahan ini sebenarnya sederhana. Erlismiati ingin punya kegiatan produktif di rumah untuk mengusir kesepian dan kejenuhan. Dan mulailah dengan memanfaatkan pengetahuan tata boga (makanan) yang diperolehnya ketika kuliah dulu.
"Awalnya sih saya hanya melayani pesanan tetangga dan saudara, lalu meluas lewat kegiatan majelis aklim dan arisan. Saya sudah mulai kegiatan ini tahun 2004, tapi baru besar-benar menjadi UKM tahun 2007. Saat itu, saya mulai dengan mendaftarkan diri ke Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bekasi," kata Erlismiati.
Dia mengakui, usaha rumahan bisa berkembang menjadi usaha modern karena ada keinginan kuat untuk maju, serta bantuan pembinaan dad pemerintah. Termasuk kerja sama sesama pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi IKM Agro (Aikma) Kota Bekasi serta Asosiasi Makanan dan Minuman (Mamim) Kota Bekasi.
Untuk perkembangan selanjutnya, peran media massa juga sangat signifikan dalam membantu perkembangan UKM. "Pemasaran produk saya bisa menjangkau berbagai daerah di Indonesia, itu berkat liputan televisi. Pesanan datang dari mana-mana, kecuali dari kampung saya di Palembang ..ha..ha," kata pengusaha kelahiran Baturaja itu.
Dengan makin luasnya pasar, semangat Erlismiati untuk memajukan usahanya makin membara. Belum lama ini, dia berhasil membuat berbagai produk olahan dengan bahan baku lele. Mulai dari kerupuk,nuget, pempek, dan tekwan. "Bahkan, sekarang limbah lele seperti ekor dan tulang, tidak terbuang lagi. Semua bisa dimanfaatkan untuk membuat kerupuk," kata Erlismiati.
Berkat kreativitasnya itu, Erlismiati mendapat apresiasi dari Menteri Kelautan Fadel Muhamad pada Pekan Lele se-Indonesia, beberapa bulan lalu.
"Saya senang usaha rumahan bisa dikembangkan untuk membantu ekonomi keluarga. Usaha seperti ini bisa dikembangkan oleh ibu rumah tangga lainnya, asal punya keinginan kuat untuk maju," kata Erlismiati.
Percakapan dengan Erlismiati terpaksa dilakukan malam hari karena ibu tiga anak ini sedang sibuk. Saat itu, dia tengah mengikuti pelatihan kentang cara penetapan harga yang diadakan Kementerian Perdagangan, dart tanggal 4 hingga 7 Okober 2010.
"UKM harus tahu ilmu itu agar bisa mengembangkan pasar. Harga harus mencerminkan segmen pasar yang dibidiknya," kata Erlismiati.
Menurut Erlismiati, sambal balado kentang merupakan produk hasil olahan pertanian yang sedang dikembangkan pemerintah. Pekan depan, persisnya tanggal 13 - 17 Oktober 2010, dia akan tampil dalam pameran 'Pangan Nusa ke-5 di Jakarta Expo Kemayoran.
Kabarnya, LA-Rest adalah salah satu pemenang UKM Award untuk kategori kreasi kemasan. "Produk UKM hares memiliki kemasan menarik, selain kelengkapan legalitas, mulai dari izin usaha, produksi hingga sertifikat halal agar bisa diterima pasar. Saat ini, merek LA-Rest sudah didaftarkan, tinggal menunggu hak patennya keluar," kata Erlismiati.
Dengan menjadi usaha rumahan yang modern, pemasaran LA-Rest menjadi semakin luas karena sering diajak berpameran oleh berbagai instansi pemerintah, baik daerah maupun pusat. Saat ini, katanya, produksi sambal balado kentangnya mencapai 30 kg - 50 kg/ha.
Setelah mengikuti 'Pangan Nusa ke-5', Erlismiati sudah ditunggu dua pameran lainnya, yakni, pameran produk olahan dari ikan yang diadakan Kementerian Kelautan tanggal 21 - 24 Oktober 2010, dan sebuah pameran tingkat internasional di Jakarta Expo Kemayoran 21- 30 Oktober 2010.
"Alhamdulillah semua pameran itu gratis. Bahkan, karena kesibukan itu, saya menolak ikut pameran di China karena diadakan pada bulan Oktober ini," katanya.
Mulai dari taklim
Ide membuat usaha rumahan ini sebenarnya sederhana. Erlismiati ingin punya kegiatan produktif di rumah untuk mengusir kesepian dan kejenuhan. Dan mulailah dengan memanfaatkan pengetahuan tata boga (makanan) yang diperolehnya ketika kuliah dulu.
"Awalnya sih saya hanya melayani pesanan tetangga dan saudara, lalu meluas lewat kegiatan majelis aklim dan arisan. Saya sudah mulai kegiatan ini tahun 2004, tapi baru besar-benar menjadi UKM tahun 2007. Saat itu, saya mulai dengan mendaftarkan diri ke Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bekasi," kata Erlismiati.
Dia mengakui, usaha rumahan bisa berkembang menjadi usaha modern karena ada keinginan kuat untuk maju, serta bantuan pembinaan dad pemerintah. Termasuk kerja sama sesama pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi IKM Agro (Aikma) Kota Bekasi serta Asosiasi Makanan dan Minuman (Mamim) Kota Bekasi.
Untuk perkembangan selanjutnya, peran media massa juga sangat signifikan dalam membantu perkembangan UKM. "Pemasaran produk saya bisa menjangkau berbagai daerah di Indonesia, itu berkat liputan televisi. Pesanan datang dari mana-mana, kecuali dari kampung saya di Palembang ..ha..ha," kata pengusaha kelahiran Baturaja itu.
Dengan makin luasnya pasar, semangat Erlismiati untuk memajukan usahanya makin membara. Belum lama ini, dia berhasil membuat berbagai produk olahan dengan bahan baku lele. Mulai dari kerupuk,nuget, pempek, dan tekwan. "Bahkan, sekarang limbah lele seperti ekor dan tulang, tidak terbuang lagi. Semua bisa dimanfaatkan untuk membuat kerupuk," kata Erlismiati.
Berkat kreativitasnya itu, Erlismiati mendapat apresiasi dari Menteri Kelautan Fadel Muhamad pada Pekan Lele se-Indonesia, beberapa bulan lalu.
"Saya senang usaha rumahan bisa dikembangkan untuk membantu ekonomi keluarga. Usaha seperti ini bisa dikembangkan oleh ibu rumah tangga lainnya, asal punya keinginan kuat untuk maju," kata Erlismiati.
No response to “ Usaha Rumahan Rezeki Keluarga”
Leave a Reply