Kamis, 07 Februari 2013

Aroma Laba dari Bisnis Wewangian



 Aroma nan wangi memang bisa membangkitkan suasana. Tak heran, banyak orang memakai wewangian untuk ruangan. Potpourrymenjadi pilihan bagi banyak hotel dan rumah. Alhasil, usaha pembuatan wewangian yang berasal bunga-bunga kering ini terus berkembang.
Pelbagai jenis wewangian untuk mengharumkan ruangan kian jamak dipakai orang. Salah satunyapotpourry atau potpouri. Wewangian yang berasal dari bunga, daun, serutan kayu, dan biji kering ini biasanya dimanfaatkan sebagai hiasan untuk pewangi ruangan di kamar tidur, kamar mandi, atau mobil.
Potpouri kian sering ditemui di pusat perbelanjaan. Harap maklum, proses pembuatan wewangian unik tersebut memang cukup mudah. Bahan bakunya bisa dari tanaman apa saja. Namun, yang paling populer adalah bunga mawar, melati, rosella, akasia, dan bunga edelweis yang kemudian dikeringkan.
Ada tiga cara pengeringan. Pertama, pengeringan dengan menggunakan oven. Cara ini relatif cepat. Hanya saja, warna bunga berubah kecokelatan dan tidak segar.
Kedua, dengan cara digantung atau diangin-anginkan. Cara tersebut memakan waktu hingga dua minggu, tapi warna asli bunga tetap bertahan.
Cara pengeringan terbaik adalah cara yang ketiga, yaitu dengan menggunakan silica gel. Kelebihannya, warna asli bunga tetap bertahan. Waktu pengeringannya pun relatif singkat, yaitu cukup satu hari.
Prinsipnya, silica gel berfungsi mengikat air dan kelembaban yang ada pada bunga. Setelah proses pengeringan selesai barulah ditetesi dengan minyak atau parfum aromatherapy. Wanginya bisa bertahan sekitar sebulan.
Namun, lantaran wangi yang bertahan hanya sebulan, Putri Adimukti Wibisono, pemilik Rempah Putri di Jakarta hanya membuat potpouri bila ada pesanan. "Sistemnya made by order. Saya tidak berani ambil resiko bila tak ada pesanan ," ujarnya.
Inilah salah satu kelemahan bisnis potpouri. Yakni, produknya yang tidak bisa diproduksi secara massal. Kelemahan lain, yakni sulitnya mencari bahan baku. Apalagi, di kota-kota besar sudah jarang varietas bunga yang unik.
Tak heran, harga potpouri pun terbilang mahal. Putri membanderol produknya per kantong Rp 25.000. Ia bilang, dalam sebulan, minimal melayani 100 pesanan. Jadi omzetnya sekitar Rp 2,5 juta per bulan. Maklum saja, usaha potpouri milik Putri ini hanya bersifat bisnis sampingan dari usaha utamanya, yaitu penjualan produk spa dan lulur.
Lain halnya dengan Hanna, pemilik Miracle Souvenir di Jakarta, yang memproduksi aneka suvenir pernikahan. Tren potpouri turut menaikkan pamor salah satu produk suvenirnya, yakni wadah potpouridengan aneka bentuk lucu.
Wadah tersebut kemudian ia isi dengan potpouri yang dibeli secara kiloan di pasar. Permintaannya cukup lumayan. Per bulan ia bisa mendapat 500 pesanan. Produk tersebut ia banderol seharga Rp 17.000 sampai Rp 30.000, tergantung tingkat kesulitannya. Omzetnya per bulan sekitar Rp 15 juta.
Sementara, Rima Tan, pemilik Mekar Utama di Bandung membuat potpouri untuk melayani pesanan rutin dari Hotel Ritz Carlton di Jakarta. Hotel biasanya menggunakan potpouri untuk wewangian kamar.
Tapi, ia juga melayani pesanan bunga kering yang belum diwangikan untuk mal-mal besar, seperti Plaza Senayan dan Plaza Indonesia. Tak heran, dalam sebulan, Rima mampu meraup omzet hingga Rp 25 juta.
Menurut Rima, prospek bisnis ini sangat bagus. Pasalnya, hunian mewah selalu membutuhkan wewangian ruangan. Keistimewaan potpouri bebas dari bahan kimia. "Lebih aman untuk kesehatan," ujarnya

No response to “Aroma Laba dari Bisnis Wewangian”

Leave a Reply