Kamis, 07 Februari 2013

Hoki dari Bisnis Kue Keranjang


Imlek kian dekat. Perayaan Tahun Baru China ini membawa hoki bagi para pembuat kue keranjang atau ni kwee. Pesanan kue wajib dalam Imlek ini sudah mengalir sejak sebulan sebelum Imlek. Pesanan akan terus mengalir sampai perayaan Cap Go Meh.
Perayaan Tahun Baru Imlek membawa keberuntungan bagi penjual kue keranjang. Salah seorang yang menikmati keberuntungan itu adalah Umar Sanjaya, pemilik toko Nyonya Lauw di Kampung Sinargalih, Neglasari, Tangerang.
Toko ini sehari-hari menjual kue keranjang, yang merupakan kue khas China. Penjualan kue keranjang di toko ini sudah meroket sebulan menjelang perayaan Imlek. "Kami bisa menjual 1 ton kue," kata Umar. Dia menjual kue keranjang dengan harga Rp 23.000-Rp 25.000 per kilogram yang umumnya berisi dua kue.
Dari penjualan 1 ton kue keranjang selama sebulan itu, Umar meraup omzet Rp 24 juta. Nilai ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan penjualan pada bulan-bulan biasa yang hanya bisa menjual 300 kg-400 kg.
Di luar perayaan Imlek, tutur Umar, sebetulnya masih banyak pemesan kue keranjang yang datang, terutama dari wilayah Jabodetabek. Pemesan terutama datang dari warga keturunan Tionghoa. "Kami hanya bikin kalau ada yang memesan," ujar Umar yang mengaku tokonya sudah berdiri sejak 50 tahun lalu.
Selain menjual kue keranjang berbalut daun pisang, Umar juga menjual kue keranjang bungkus plastik. Umar menggunakan plastik sebagai pengganti daun pisang karena sulitnya mendapatkan daun pisang dalam jumlah banyak.
Walaupun lebih praktis, pembeli kebanyakan memilih kue keranjang berbungkus daun pisang untuk digunakan saat sembahyang Imlek. Umar menawarkan varian rasa kue keranjang bervariasi, mulai dari cokelat, pandan, hingga stroberi.
Lili Chandra Dewi juga kebanjiran pesanan kue keranjang mulai 10 Januari lalu. Ia banyak menerima pesanan, baik perseorangan maupun perusahaan di Jakarta.
Selain kue keranjang mini ukuran 5 cm tinggi 2,5 cm dengan harga Rp 2.000, Lili juga menjual kue keranjang ukuran besar. "Kue keranjang mini biasanya dibagikan untuk karyawan," katanya. Kue keranjang besar dengan berat sekitar 1 kg ada dalam kotak karton dengan pilihan empat kue atau dua kue seharga Rp 50.000.
Lili tetap mempertahankan bungkus daun pisang panggang. Katanya, pemakaian daun pisang akan membuat kue lebih wangi. Lili juga menawarkan sejumlah rasa seperti durian dan stroberi.
Lili menuturkan, pesanan kue keranjang buatannya baru benar-benar sepi 15 hari setelah Imlek atau sampai Cap Go Meh. Maka itu, setelah Cap Go Meh, Lili kembali berjualan makanan seperti biasa.
Sehari-hari di rumah makannya di Gading Serpong, Tangerang, Lili berjualan nasi goreng melayu, pecel medan, gado-gado, dan mi ayam.
Membuat kue keranjang, menurut Lili, tidak terlalu sulit, bahkan sekarang lebih mudah dibandingkan dengan masa lalu. Jika dulu kue harus dikukus 8-10 jam, kini dengan adanya panci stainless hanya dibutuhkan dua jam saja. "Bahan-bahannya sederhana, hanya tepung ketan, gula, dan air," kata Lili.
Tepung ketan dicampur gula sambil diberi air sedikit demi sedikit. Adonan itu lalu disaring dan dimasukkan ke wadah beralas daun pisang yang sudah dipanggang. "Sebelum dikukus ditimbang dulu agar beratnya pas dengan pesanan,” katanya. Adonan itu dikukus 2-2,5 jam dan bisa disimpan hingga setahun di dalam lemari es.

No response to “Hoki dari Bisnis Kue Keranjang”

Leave a Reply